A. PENGERTIAN MASYARAKAT
December 5, 2017 | Author: Prisma Armaya | Category: N/A
Deskripsi Singkat
PENGERTIAN MASYARAKAT
Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius yang berarti "kawan". Kata "Masyarakat" berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya "bergaul". Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk akhiran hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Masyarakat dalam arti luas merupakan keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya.
Masyarakat dalam arti sempit yaitu sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu misalnya teritorial, bangsa, golongan dsb.
Masyarakat adalah kelompok manusia yg telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat harus mempunyai syarat- syarat seperti :
Harus ada pengumpulan manusia
Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu
Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Ada sistem tindakan utama.
Saling setia pada sistem tindakan utama.
Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia
KLASIFIKASI MASYARAKAT
Secara umum dan sederhana, masyarakat mengenal dua bentuk karakteristik wilayah, yaitu Desa dan Kota. Kota dianggap sebagai wilayah yang non-agraris dengan peri-kehidupan yang serba modern, dan pengaruh kebudayaan yang sudah tidak begitu lekat dengan masyarakat yang hidup di dalamnya. Sedangkan, Desa dianggap sebagai suatu wilayah agraris dengan peri-kehidupan yang cenderung tradisional, dan pengaruh kebudayaan yang cenderung kental.
Masyarakat Pedesaan (Rural Community)
Pengertian Rural Community ( Masyarakat Pedesaan )
Pedesaan adalah gambaran orang, tempat dan hal – hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat desa yang sebagian besar bermatapencaharian bertani.
Menurut Paul H. Landis, desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat
4. Dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan
Komunitas desa adalah, sekumpulan orang yang tinggal jauh dari daerah perkotaaan yang jumlah penduduknya kurang dari 2500 jiwa dan sebagian besar bermatapencaharian bertani karena masih sangat bergantung pada alam.
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi "Talcot Parsons" menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Masyarakat desa yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang tenang, hal itu terjadi karena sifat keguyuban/ gemeinscharft sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah.
Tetapi dalam masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat atau paham yang menyebabkan ketegangan sosial, yaitu :
Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah sehari-hari/ rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dsb.
Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna/ black magic.
Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif. Positif bila wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi, negatif bila berhenti pada sifat iri.
Struktur Masyarakat Desa
Struktur masyarakat desa sebagaimana layaknya karakteristik daerah tradisional-agraris bahwa struktur masyarakat desa masih dipengaruhi oleh struktur kepemilikan tanah yang terdiri dari; kuli kenceng, kuli setengah kenceng dan, kuli ngindung. Yang dimaksud kuli kenceng adalah anggota masyarakat yang mempunyai tanah sawah, tanah pekarangan dan tanah tegalan. Kuli setengah kenceng adalah anggota masyarakat yang hanya memiliki tanah pekarangan dan tidak memiliki tanah sawah dan tanah tegalan. Sedangkan kuli ngindung adalah anggota masyarakat yang tidak memiliki tanah sawah, tanah tegalan dan tanah pekarangan.
Secara sosiologis struktur masyarakat di desa ini dijadikan patokan dalam menentukan banyak sedikitnya sumbangan pembangunan atau besar kecilnya partisipasi masyarakat terhadap pembangunan desa, artinya partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih dikaitkan dengan status pemilikan tanah tersebut, bagi masyarakat yang tergolong sebagai kuli kenceng dikenakan sumbangan wajib lebih besar dari kuli setengah kenceng dan kuli ngindung.
Di samping itu struktur masyarakat tersebut masing-masing memiliki strategi survival dalam menghadapi situasi dan kondisi yang ada, terdapat tiga strategi survival yaitu;
(1) menjadi bagian dari masyarakat dan tetap tidak melakukan mobilitas,
(2) melawan (resistensi),
(3) membentuk jaringan, akomodatif, memelihara keharmonisan keluarga, dan kemudian memilih meninggalkan desanya.
Struktur masyarakat pedesaan di samping dipengaruhi oleh struktur pemilikan tanah juga dipengaruhi oleh struktur status sosial, artinya; partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih dikaitkan dengan struktur masyarakat di desa ini yakni struktur status sosial. Orang yang memiliki status sosial tinggi mendapatkan perlakukan yang berbeda dengan seseorang yang berstatus rendah.
Masyarakat perkotaan (Urban Community)
Pengertian Urban Community ( Masyarakat Kota)
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik.
Masyarakat perkotaan sering juga disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupan serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat kota memiliki tatanan yang heterogen sehingga kelompoknya lebih dinamis. Masyarakat kota mempunyai daya tarik bagi masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi.
Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi.
Menurut teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang diantarannya mempunyai ciri-ciri :
Netral Afektif : Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkan rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep gessellshaft atau association. Mereka tidak mau mencampur adukkan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
Orientasi Diri : Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistic.
Universalisme : Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
Prestasi : Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa
Perbedaan Ciri dan Kebiasaan Sosial
Masyarakat Kota
Masyarakat Desa
1
Kehidupan keagaamaan kurang
kehidupan keagamaan kuat/religius
2
Individualis
Hubungan sosial yang erat/kolektif
3
Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
Kerja berdasarkan musim dan iklim dan nomaden
4
Interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada kepentingan obyektif
Interaksi menitikberatkan kepentingan pribadi/subyektif
5
Jalan kehidupan yang cepat membuat faktor waktu menjadi sangat penting
Waktu tidak begitu dianggap penting,karena masyarakatnya non materialistic
6
Lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Selektif terhadap budaya asing/luar
7
penduduk yang lebih banyak
8
sebagian besar dilapisi beton dan aspal.
Lingkungan hidup dengan alam bebas
9
sektor ekonomi sekunder yaitu industri, dan ekonomi tersier yaitu bidang pelayanan jasa
sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris
10
Kehidupan heterogen
Kehidupan homogeny
11
Stratifikasi sosial lebih komplek
Stratifikasi yang umumnya sama, kurangnya tingkat persaingan ekonomi
12
Mobilitas sosial di kota jauh lebih tinggi
Mobilitas yang biasa, terlihat pada pagi hari yang sepi
13
Pola interaksi lebih dipengaruhi oleh ekonomi, politik, pendidikan.
Pola interaksi pada masyarakat pedesaan adalah motif-motif sosial
14
Hirarki sistem administrasi nasional kedudukan kota lebih tinggi
Sitem administrasi kedudukan yang lebih rendah daripada kota
15
Kebauran dan diversifikasi cultural
Kesatuan dan keutuhan kultural
Birokrasi fungsional dan secular
Isolasi sosial, sehingga static
16
Biasa , karena tak saling mengenal
Mudah curiga
17
Mewah-mewahan
Sederhana
18
Kesopanan kurang dianggap penting ,lebih mementingkan penampilan saja
Menjunjung tinggi kesopanan
19
Transparasi ekonomi
Tertutup dalam hal keuangan
20
Lebih percaya diri
Perasaan "minder" terhadap orang kota
21
Cuek terhadap janji dan perlu konfirmasi untuk pihak yang berkepentingan
Jika diberi janji, akan selalu diingat
22
Otroritas pribadi/Egois
Demokratis dan Musyawarah
Cara Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Masyarkat Desa dan Masyarakat Kota
Pada umumnya masyarakat kota dalam mendapatkan pelayanan kesehatan lebih terjamin daripada masyarakat desa. Sebagian besar masyarakat telah berpikir secara rasional atau yang masuk akal. Mereka lebih senang pergi ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap. Mereka jarang ke puskesmas karena umumnya di puskesmas pelayanan kesehatan masih kurang baik. Kelengkapan fasilitas pun memicu mereka untuk lebih memilih rumah sakit. Pelayanan di puskesmas dinilai kurang memuaskan karena terbentur dengan masalah dana yang didapatkan dari pemerintah. Sehingga mereka tidak dapat memberikan pelayanan secara maksimal.
Masyarakat kota juga lebih cenderung untuk mengkonsumsi obat ketika mereka sakit. Karena pada dasarnya masyarakat kota lebih menyukai hal yang instan, praktis dan efektif meskipun mereka harus mengeluarkan banyak uang. Mereka juga lebih sering mendatangkan dokter pribadi ke rumahnya. Karena mereka beranggapan bahwa dokter pribadi lebih baik pelayanannya daripada di rumah sakit.
Di rumah sakit, masyarakat kota akan lebih dimudahkan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Biasanya pihak rumah sakit akan meminta uang operasional dahulu sebelum mereka mengizinkan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut dan bagi mereka yang mampu pasti dapat menyanggupi hal itu. Serta karena layanan kesehatan mudah dijangkau oleh mereka, transportasi lancar.
Sedangkan bagi masyarakat desa, mereka akan lebih sering mengunjungi bidan desa atau dukun dalam menyembuhkan penyakit mereka. Karena pada dasarnya mereka masih percaya dengan adanya hal mistik, seperti batu yang dapat menyembuhkan penyakit, takhayul dan hal-hal mistik lainnya. Harga yang lebih murah dan secara transportasi lebih dapat dijangkau bagi mereka, membuat mereka lebih menyukai untuk datang ke bidan atau dukun. Pelayanan yang ramah dan nyaman juga memicu mereka lebih senang datang kepada bidan dan dukun.
Puskesmas di pedesaan juga menjadi alternatif bagi masyarakat pedesaan. Jika penyakit mereka tak kunjung sembuh dan semakin parah, mereka akan pergi ke puskesmas. Dengan Jamkesmas dan Jampersal mereka mendapatkan keringanan dalam berobat. Tetapi hal itu tidak berlaku jika mereka berobat di rumah sakit. Karena kebanyakan rumah sakit menolak mereka jika mereka tidak dapat melunasi uang operasional meskipun mereka mempunyai kartu Jamkesmas dan Jampersal. Oleh karena itu mereka condong ke puskesmas meskipun fasilitas tidak selengkap rumah sakit.
Masyarakat pedesaan juga lebih memilih meminum jamu ketimbang meminum obat. Sugesti mereka terhadap jamu lebih besar, sehingga terkadang jamu bisa menyembuhkan mereka yang sedang sakit. Harga yang lebih murah dan tersedia banyak di pedesaan, serta bahan alami yang digunakan merupakan pemicu mereka untuk mengkonsumsi jamu.
Jadi, di sini terjadi ketidakadlian bagi masyarakat kota dan masyarakat desa dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini karena manajemen rumah sakit dan puskesmas yang masih kurang baik. Serta, pemberian dana dari pemerintah juga memicu pelayanan kesehatan yang buruk. Pemikiran masyarakat yang masih kolot pun juga ikut mempengaruhi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Masyarakat DESA
Masyarakat KOTA
1
masih percaya dengan adanya hal mistik, seperti batu yang dapat menyembuhkan penyakit, takhayul dan hal-hal mistik lainnya
sebagian besar berpikir secara rasional atau yang masuk akal. mereka lebih suka ke dokter untuk menyembuhkan penyakit
Pergi ke bidan/Dukun dalam setiap persalinan
Sebagian besar memilih pergi ke dokter untuk persalinan
Puskesmas menjadi sarana penting untuk pengobatan
Rumah sakit
Masih mengandalkan jamu
Menggunakan Obat
Pola Makan Masyarakat
Pola pengeluaran konsumsi masyrakat pedesaan dan perkotaan cenderung berbeda, karena keterbatasan sarana dan prasarana membuat pola konsumsi di daerah pedesaan lebih rensah dari daerah perkotaan.
Berdasarkan data BPS tahun 2007 pola konsumsi masyarakat di perkotaan dan pedesaan memiliki perbedaan yang cukup berarti dan signifikan. Untuk daerah pedesaan presentase rata-rata pengeluaran perkapita sebulan kelompok makanan tertinggi adalah makanan makanan bukan jadi, sedangkan untuk masyarakat daerah perkotaan presentase rata-rata pengeluaran perkapita sebulan kelompok makanan tertinggi adalah makanan jadi.
Pada daerah perkotaan dan pedesaan memiliki perbedaan tingkat konsumsi komoditi khususnya makanan seperti konsumsi ikan, daging, dan telur (Ariningsih, 2004). Di sisi lain hal konsumsi padi-padian daerah perkotaan dan pedesaan cenderung tidak berbeda, karena beras merupakan bahan pokok utama.
Gaya hidup masyarakat kota yang gemar menyantap makanan siap saji telah meningkatkan faktor risiko seseorang terkena serangan stroke atau jantung hal ini berbeda dengan masyarakat desa yang cenderung pola makan yang alami bebas pencemaran .
Hal itu terjadi lantaran LDL (Low Density Lipoprotein), yang ada di dalam makanan siap saji, mengendap di dalam pembuluh darah.
Selain kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, kesibukan masyarakat perkotaan juga membuat orang kota tidak lagi sempat untuk berolahraga. Situasi itu diperparah dengan semakin buruknya kondisi lingkungan saat ini.Berbeda dengan faktor kebiasaan makan, yang semestinya bisa dikendalikan, resiko serangan stroke dan jantung menjadi pilihan bagi masing-masing orang.
Akibatnya ialah tubuh pun kekurangan oksigen. Salah satu cirinya adalah mudah lelah. Situasi tersebut direspon oleh Jantung dengan mempercepat aliran darah ke seluruh tubuh. Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi, jika pembuluh darah tersumbat. Penyumbatan pembuluh darah tidak terjadi seketika, melainkan penumpukan dari beragam faktor resiko. Tetapi pada situasi tertentu, saat jantung dipicu untuk bekerja lebih keras, penyumbatan pembuluh darah bisa berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA
Ariningsih, E. 2004. Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumner Protein Hewani dan Nabati pada masa krisis ekonomi di Jawa. Icaserd Paper No 56.
Badan Pusat Statistik. 2007. Pola Konsumsi Penduduk Indonesia. 2007. BPS.
Maharashtra, Muhardi. 2010. Analisis Pola Konsumsi Daerah Perkotaan dan Pedesaan dengan Karakteristik Sosial Ekonomi di Provinsi Banten. IPB.
Maryati, Kun. 2001. Sosiologi Untuk SMAdan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 2. Jakarta: Quadra.
Tim Sosiologi. 2007. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira
Deskripsi
PENGERTIAN MASYARAKAT
Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius yang berarti "kawan". Kata "Masyarakat" berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya "bergaul". Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk akhiran hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Masyarakat dalam arti luas merupakan keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya.
Masyarakat dalam arti sempit yaitu sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu misalnya teritorial, bangsa, golongan dsb.
Masyarakat adalah kelompok manusia yg telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat harus mempunyai syarat- syarat seperti :
Harus ada pengumpulan manusia
Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu
Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Ada sistem tindakan utama.
Saling setia pada sistem tindakan utama.
Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia
KLASIFIKASI MASYARAKAT
Secara umum dan sederhana, masyarakat mengenal dua bentuk karakteristik wilayah, yaitu Desa dan Kota. Kota dianggap sebagai wilayah yang non-agraris dengan peri-kehidupan yang serba modern, dan pengaruh kebudayaan yang sudah tidak begitu lekat dengan masyarakat yang hidup di dalamnya. Sedangkan, Desa dianggap sebagai suatu wilayah agraris dengan peri-kehidupan yang cenderung tradisional, dan pengaruh kebudayaan yang cenderung kental.
Masyarakat Pedesaan (Rural Community)
Pengertian Rural Community ( Masyarakat Pedesaan )
Pedesaan adalah gambaran orang, tempat dan hal – hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat desa yang sebagian besar bermatapencaharian bertani.
Menurut Paul H. Landis, desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat
4. Dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan
Komunitas desa adalah, sekumpulan orang yang tinggal jauh dari daerah perkotaaan yang jumlah penduduknya kurang dari 2500 jiwa dan sebagian besar bermatapencaharian bertani karena masih sangat bergantung pada alam.
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi "Talcot Parsons" menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Masyarakat desa yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang tenang, hal itu terjadi karena sifat keguyuban/ gemeinscharft sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah.
Tetapi dalam masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat atau paham yang menyebabkan ketegangan sosial, yaitu :
Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah sehari-hari/ rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dsb.
Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna/ black magic.
Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif. Positif bila wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi, negatif bila berhenti pada sifat iri.
Struktur Masyarakat Desa
Struktur masyarakat desa sebagaimana layaknya karakteristik daerah tradisional-agraris bahwa struktur masyarakat desa masih dipengaruhi oleh struktur kepemilikan tanah yang terdiri dari; kuli kenceng, kuli setengah kenceng dan, kuli ngindung. Yang dimaksud kuli kenceng adalah anggota masyarakat yang mempunyai tanah sawah, tanah pekarangan dan tanah tegalan. Kuli setengah kenceng adalah anggota masyarakat yang hanya memiliki tanah pekarangan dan tidak memiliki tanah sawah dan tanah tegalan. Sedangkan kuli ngindung adalah anggota masyarakat yang tidak memiliki tanah sawah, tanah tegalan dan tanah pekarangan.
Secara sosiologis struktur masyarakat di desa ini dijadikan patokan dalam menentukan banyak sedikitnya sumbangan pembangunan atau besar kecilnya partisipasi masyarakat terhadap pembangunan desa, artinya partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih dikaitkan dengan status pemilikan tanah tersebut, bagi masyarakat yang tergolong sebagai kuli kenceng dikenakan sumbangan wajib lebih besar dari kuli setengah kenceng dan kuli ngindung.
Di samping itu struktur masyarakat tersebut masing-masing memiliki strategi survival dalam menghadapi situasi dan kondisi yang ada, terdapat tiga strategi survival yaitu;
(1) menjadi bagian dari masyarakat dan tetap tidak melakukan mobilitas,
(2) melawan (resistensi),
(3) membentuk jaringan, akomodatif, memelihara keharmonisan keluarga, dan kemudian memilih meninggalkan desanya.
Struktur masyarakat pedesaan di samping dipengaruhi oleh struktur pemilikan tanah juga dipengaruhi oleh struktur status sosial, artinya; partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih dikaitkan dengan struktur masyarakat di desa ini yakni struktur status sosial. Orang yang memiliki status sosial tinggi mendapatkan perlakukan yang berbeda dengan seseorang yang berstatus rendah.
Masyarakat perkotaan (Urban Community)
Pengertian Urban Community ( Masyarakat Kota)
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik.
Masyarakat perkotaan sering juga disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupan serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat kota memiliki tatanan yang heterogen sehingga kelompoknya lebih dinamis. Masyarakat kota mempunyai daya tarik bagi masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi.
Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi.
Menurut teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang diantarannya mempunyai ciri-ciri :
Netral Afektif : Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkan rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep gessellshaft atau association. Mereka tidak mau mencampur adukkan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
Orientasi Diri : Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistic.
Universalisme : Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
Prestasi : Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa
Perbedaan Ciri dan Kebiasaan Sosial
Masyarakat Kota
Masyarakat Desa
1
Kehidupan keagaamaan kurang
kehidupan keagamaan kuat/religius
2
Individualis
Hubungan sosial yang erat/kolektif
3
Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
Kerja berdasarkan musim dan iklim dan nomaden
4
Interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada kepentingan obyektif
Interaksi menitikberatkan kepentingan pribadi/subyektif
5
Jalan kehidupan yang cepat membuat faktor waktu menjadi sangat penting
Waktu tidak begitu dianggap penting,karena masyarakatnya non materialistic
6
Lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Selektif terhadap budaya asing/luar
7
penduduk yang lebih banyak
8
sebagian besar dilapisi beton dan aspal.
Lingkungan hidup dengan alam bebas
9
sektor ekonomi sekunder yaitu industri, dan ekonomi tersier yaitu bidang pelayanan jasa
sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris
10
Kehidupan heterogen
Kehidupan homogeny
11
Stratifikasi sosial lebih komplek
Stratifikasi yang umumnya sama, kurangnya tingkat persaingan ekonomi
12
Mobilitas sosial di kota jauh lebih tinggi
Mobilitas yang biasa, terlihat pada pagi hari yang sepi
13
Pola interaksi lebih dipengaruhi oleh ekonomi, politik, pendidikan.
Pola interaksi pada masyarakat pedesaan adalah motif-motif sosial
14
Hirarki sistem administrasi nasional kedudukan kota lebih tinggi
Sitem administrasi kedudukan yang lebih rendah daripada kota
15
Kebauran dan diversifikasi cultural
Kesatuan dan keutuhan kultural
Birokrasi fungsional dan secular
Isolasi sosial, sehingga static
16
Biasa , karena tak saling mengenal
Mudah curiga
17
Mewah-mewahan
Sederhana
18
Kesopanan kurang dianggap penting ,lebih mementingkan penampilan saja
Menjunjung tinggi kesopanan
19
Transparasi ekonomi
Tertutup dalam hal keuangan
20
Lebih percaya diri
Perasaan "minder" terhadap orang kota
21
Cuek terhadap janji dan perlu konfirmasi untuk pihak yang berkepentingan
Jika diberi janji, akan selalu diingat
22
Otroritas pribadi/Egois
Demokratis dan Musyawarah
Cara Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Masyarkat Desa dan Masyarakat Kota
Pada umumnya masyarakat kota dalam mendapatkan pelayanan kesehatan lebih terjamin daripada masyarakat desa. Sebagian besar masyarakat telah berpikir secara rasional atau yang masuk akal. Mereka lebih senang pergi ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap. Mereka jarang ke puskesmas karena umumnya di puskesmas pelayanan kesehatan masih kurang baik. Kelengkapan fasilitas pun memicu mereka untuk lebih memilih rumah sakit. Pelayanan di puskesmas dinilai kurang memuaskan karena terbentur dengan masalah dana yang didapatkan dari pemerintah. Sehingga mereka tidak dapat memberikan pelayanan secara maksimal.
Masyarakat kota juga lebih cenderung untuk mengkonsumsi obat ketika mereka sakit. Karena pada dasarnya masyarakat kota lebih menyukai hal yang instan, praktis dan efektif meskipun mereka harus mengeluarkan banyak uang. Mereka juga lebih sering mendatangkan dokter pribadi ke rumahnya. Karena mereka beranggapan bahwa dokter pribadi lebih baik pelayanannya daripada di rumah sakit.
Di rumah sakit, masyarakat kota akan lebih dimudahkan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Biasanya pihak rumah sakit akan meminta uang operasional dahulu sebelum mereka mengizinkan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut dan bagi mereka yang mampu pasti dapat menyanggupi hal itu. Serta karena layanan kesehatan mudah dijangkau oleh mereka, transportasi lancar.
Sedangkan bagi masyarakat desa, mereka akan lebih sering mengunjungi bidan desa atau dukun dalam menyembuhkan penyakit mereka. Karena pada dasarnya mereka masih percaya dengan adanya hal mistik, seperti batu yang dapat menyembuhkan penyakit, takhayul dan hal-hal mistik lainnya. Harga yang lebih murah dan secara transportasi lebih dapat dijangkau bagi mereka, membuat mereka lebih menyukai untuk datang ke bidan atau dukun. Pelayanan yang ramah dan nyaman juga memicu mereka lebih senang datang kepada bidan dan dukun.
Puskesmas di pedesaan juga menjadi alternatif bagi masyarakat pedesaan. Jika penyakit mereka tak kunjung sembuh dan semakin parah, mereka akan pergi ke puskesmas. Dengan Jamkesmas dan Jampersal mereka mendapatkan keringanan dalam berobat. Tetapi hal itu tidak berlaku jika mereka berobat di rumah sakit. Karena kebanyakan rumah sakit menolak mereka jika mereka tidak dapat melunasi uang operasional meskipun mereka mempunyai kartu Jamkesmas dan Jampersal. Oleh karena itu mereka condong ke puskesmas meskipun fasilitas tidak selengkap rumah sakit.
Masyarakat pedesaan juga lebih memilih meminum jamu ketimbang meminum obat. Sugesti mereka terhadap jamu lebih besar, sehingga terkadang jamu bisa menyembuhkan mereka yang sedang sakit. Harga yang lebih murah dan tersedia banyak di pedesaan, serta bahan alami yang digunakan merupakan pemicu mereka untuk mengkonsumsi jamu.
Jadi, di sini terjadi ketidakadlian bagi masyarakat kota dan masyarakat desa dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini karena manajemen rumah sakit dan puskesmas yang masih kurang baik. Serta, pemberian dana dari pemerintah juga memicu pelayanan kesehatan yang buruk. Pemikiran masyarakat yang masih kolot pun juga ikut mempengaruhi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Masyarakat DESA
Masyarakat KOTA
1
masih percaya dengan adanya hal mistik, seperti batu yang dapat menyembuhkan penyakit, takhayul dan hal-hal mistik lainnya
sebagian besar berpikir secara rasional atau yang masuk akal. mereka lebih suka ke dokter untuk menyembuhkan penyakit
Pergi ke bidan/Dukun dalam setiap persalinan
Sebagian besar memilih pergi ke dokter untuk persalinan
Puskesmas menjadi sarana penting untuk pengobatan
Rumah sakit
Masih mengandalkan jamu
Menggunakan Obat
Pola Makan Masyarakat
Pola pengeluaran konsumsi masyrakat pedesaan dan perkotaan cenderung berbeda, karena keterbatasan sarana dan prasarana membuat pola konsumsi di daerah pedesaan lebih rensah dari daerah perkotaan.
Berdasarkan data BPS tahun 2007 pola konsumsi masyarakat di perkotaan dan pedesaan memiliki perbedaan yang cukup berarti dan signifikan. Untuk daerah pedesaan presentase rata-rata pengeluaran perkapita sebulan kelompok makanan tertinggi adalah makanan makanan bukan jadi, sedangkan untuk masyarakat daerah perkotaan presentase rata-rata pengeluaran perkapita sebulan kelompok makanan tertinggi adalah makanan jadi.
Pada daerah perkotaan dan pedesaan memiliki perbedaan tingkat konsumsi komoditi khususnya makanan seperti konsumsi ikan, daging, dan telur (Ariningsih, 2004). Di sisi lain hal konsumsi padi-padian daerah perkotaan dan pedesaan cenderung tidak berbeda, karena beras merupakan bahan pokok utama.
Gaya hidup masyarakat kota yang gemar menyantap makanan siap saji telah meningkatkan faktor risiko seseorang terkena serangan stroke atau jantung hal ini berbeda dengan masyarakat desa yang cenderung pola makan yang alami bebas pencemaran .
Hal itu terjadi lantaran LDL (Low Density Lipoprotein), yang ada di dalam makanan siap saji, mengendap di dalam pembuluh darah.
Selain kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, kesibukan masyarakat perkotaan juga membuat orang kota tidak lagi sempat untuk berolahraga. Situasi itu diperparah dengan semakin buruknya kondisi lingkungan saat ini.Berbeda dengan faktor kebiasaan makan, yang semestinya bisa dikendalikan, resiko serangan stroke dan jantung menjadi pilihan bagi masing-masing orang.
Akibatnya ialah tubuh pun kekurangan oksigen. Salah satu cirinya adalah mudah lelah. Situasi tersebut direspon oleh Jantung dengan mempercepat aliran darah ke seluruh tubuh. Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi, jika pembuluh darah tersumbat. Penyumbatan pembuluh darah tidak terjadi seketika, melainkan penumpukan dari beragam faktor resiko. Tetapi pada situasi tertentu, saat jantung dipicu untuk bekerja lebih keras, penyumbatan pembuluh darah bisa berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA
Ariningsih, E. 2004. Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumner Protein Hewani dan Nabati pada masa krisis ekonomi di Jawa. Icaserd Paper No 56.
Badan Pusat Statistik. 2007. Pola Konsumsi Penduduk Indonesia. 2007. BPS.
Maharashtra, Muhardi. 2010. Analisis Pola Konsumsi Daerah Perkotaan dan Pedesaan dengan Karakteristik Sosial Ekonomi di Provinsi Banten. IPB.
Maryati, Kun. 2001. Sosiologi Untuk SMAdan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 2. Jakarta: Quadra.
Tim Sosiologi. 2007. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira
Lihat lebih banyak...
Komentar