DAMPAK BANJIR TERHADAP PERTANIAN DAN KESIAPSIAGAAN PETANI DI KAWASAN RENTAN BANJIR SUNGAI SAMIN DESA TEGALMADE, KECAMATAN MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO

November 22, 2017 | Author: R. Sunarhadi | Category: Disaster Preparedness
Share Embed


Deskripsi Singkat

1





DAMPAK BANJIR TERHADAP PERTANIAN DAN KESIAPSIAGAAN PETANI
DI KAWASAN RENTAN BANJIR SUNGAI SAMIN
DESA TEGALMADE, KECAMATAN MOJOLABAN,
KABUPATEN SUKOHARJO
Muhammad Amin Sunarhadi, Usitta Diyana, dan Nanda Khoirunnisa
ABSTRAK
Banjir yang melanda di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo yang disebabkan oleh aliran sungai Sungai Samin pada setiap tahunnya memberikan banyak dampak, yaitu kerusakan infrastruktur dan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak banjir terhadap pertanian dan kesiapsiagaan masyarakat. Responden dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok jarak 0-25m dari sungai, 25m-100m dari sungai, dan 100m-250m dari sungai. Pengambilan sampel responden pertanian melakukan wawancara. Hasil penelitian pertanian menunjukan bahwa banjir menyebabkan adanya kerusakan dan kehilangan pada produksi pertanian. Setiap kelompok responden mempunyai tingkat kesiapsiagaan yang berbeda, meskipun kondisi masyarakat mempunyai karakteristik yang sama. Pada Permukiman 0-25m mempunyai tingkat kesiapsiagaan sangat siap, pada permukiman 25m-100m mempunyai kesiapsiagaan siap, dan yang bermukim pada jarak 100m-250m mempunyai kesiapsiagaan siap.

Kata kunci: Kesiapsiagaan, Banjir, Pertanian







Pendahuluan
Latar Belakang
Banjir yang melanda Desa Tegalmade, pada setiap tahun terjadi karena aliran sungai buangan dan meluapnya Sungai Samin sehingga badan sungai tidak dapat menampung air dengan baik. Banjir kembali melanda Desa Tegalmade pada hari Minggu tanggal 06 Januari 2013. Banjir yang melanda Desa Tegalmade menimbulkan kerugian yang cukup besar karena adanya kerusakan infrastruktur dan pertanian. Banjir disebabkan karena air limpasan tidak dapat mengalir ke sungai utama, hal tersebut terjadi karena tertutupnya pintu air ketika sungai utama tidak mampu lagi menampung.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah,penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan jarak pemukiman terhadap sungai?.
Apa dampak banjir terhadap pertanian?.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
Mengetahui kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan jarak pemukiman terhadap sungai.
Mengetahui dampak banjir terhadap pertanian.
Manfaat Penelitian
Bagi masyarakat
Meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan untuk menghadapi resiko bencana.
Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Tinjauan Kepustakaan
Menurut Ella Yulaelawati dan Usman Syihap dalam buku "Mencerdasi Bencana Banjir", (2008). Banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya.
Klasifikasi Jarak dari Sungai untuk Banjir, menurut Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008), klasifikasi jarak suatu wilayah dengan sungai dibagi menjadi tiga yaitu wilayah sangat rawan banjir, rawan banjir dan agak rawan banjir dengan jarak.
NoJarak Dari SungaiTingkat Kerawanan10-25mSangat rawan2>25-100mRawan3>100m-250mAgak RawanNoJarak Dari SungaiTingkat Kerawanan10-25mSangat rawan2>25-100mRawan3>100m-250mAgak RawanTabel 2.1. Jarak Pemukiman dengan Sungai
No
Jarak Dari Sungai
Tingkat Kerawanan
1
0-25m
Sangat rawan
2
>25-100m
Rawan
3
>100m-250m
Agak Rawan

No
Jarak Dari Sungai
Tingkat Kerawanan
1
0-25m
Sangat rawan
2
>25-100m
Rawan
3
>100m-250m
Agak Rawan




Sumber : Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008),Sumber : Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008),
Sumber : Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008),
Sumber : Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008),
D = A x PD = A x P
D = A x P
D = A x P

Ancaman banjir yang semakin sering terjadi pada lahan sawah dapat menyebabkan berkurangnya luas area panen dan produksi padi, serta produktivitas dan kualitas hasil. Iqbal Putut Ash Shidiq "Penilaian Kerusakan Dan Kehilangan Pada Lahan Pertanian Pasca erupsi Gunung api Merapi 2010 Di Das Gendol", (2012). Penilaian kerusakan difokuskan kepada pertanian yang terkena dampak bencana. Secara matematis, nilai kerusakan dihitung dengan:



Keterangan:
D = Nilai kerusakan pada aset-aset fisik (Damage)
A = Area terdampak/luasan aset fisik yang terdampak (Affected area)
P = Harga pasar yang berlaku (Price)
Iqbal Putut Ash Shidiq "Penilaian Kerusakan Dan Kehilangan Pada Lahan Pertanian Pasca erupsi Gunung api Merapi 2010 Di Das Gendol", (2012). Penilaian kehilangan dilakukan untuk mengetahui besarnya kerugian yang diderita hingga tercapainya kondisi normal, seperti saat sebelum terjadinya bencana. Secara matematis, nilai kehilangan dihitung berdasarkan:
L = Ye -YaL = Ye -Ya
L = Ye -Ya
L = Ye -Ya

Keterangan:
L = Kehilangan produksi (Loss)
Ye = Estimasi produksi pada tahun/kondisi normal (Yield expected)
Ya = Hasil panen pada pascabencana (Yield actual)
Kharisma Nugroho, Hening Purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman, dan M.Barry Aditya, "PASTI Perangkat Diagnosa Kesiapsiagaan Bencana Indonesia", (2009). Mengukur kesiapsiagaan adalah mengukur kapasitas dalam hal pencegahan, mitigasi, tingkat bertahan hidup dan kesiapan. Kesiapsiagaan mempunyai 10 (sepuluh) standart yaitu :
Pembentukan dan pembangunan kapasitas organisasi untuk mengawasi dan menjalankan sistem peringatan.
Evakuasi.
Penyelamatan dan bantuan.
Pembuatan rencana pelaksanaan menangani bencana atau rencana penanganan bencana.
Mobilisasi langsung.
Pengaturan stok persediaan.
Komunikasi bahaya.
Pelatihan relawan.
Latihan dan simulasi masyarakat.
Pendidikan dan kesadaran masyarakat.
Dalam buku Pemetaan Risiko Bencana Gunung Api Merapi, kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Penentuan tingkat ancaman dilakukan dengan menggunakan skor, dimana semakin besar nilai scoring maka semakin tinggi ancamannya.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan warga dalam menghadapi banjir dan kerugian pertanian yang mengakibatkan kerusakan dan kehilangan.
Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Populasi, Sampel, dan Sampling Penelitian
Populasi yang digunaan pada penelitian ini adalah Masyarakat daerah rawan bencana di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban. Pengumpulan data menggunakan teknik stratified proposional. Pengambilan sampel melalui digitasi pada citra mendapat 81 responden permukiman dekat sungai (0-100m) dan jauh sungai (100m-250m) 68 responden.


Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga di peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel dalam penelitian ini adalah Kesiapsiagaan :
Preparedness : the totality of measures undertaken in anticipation of imminent disaster (e.g hazard analysis, surveillnce, warning, rehearsals, logistics), (O'leary, Margaret. Measuring isater Preparesness).
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Adapun Teknik Pengumpulan data Yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tinjauan Pustaka.
Data diperoleh dari membaca buku, jurnal, surat kabar, artikel atau bentuk tulisan lainnya yang secara dengan topik penelitian mitigasi bencana.
Observasi (survey)
Observasi (survey) dilakukan untuk mengamati seberapa dekat daerah pemukiman terhadap sungai (kondisi geografis) sehingga dapat menjadi suatu kerentanan dan kondisi bangunan pemukiman.
Kuesioner (Angket)
Kuesioner (angket) diberikan kepada masyarakat Desa Tegalmade untuk mengetahui seberapa kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.
Dokumentasi
Dokumentasi Pengambilan gambar maupun data secara berkala yang digunakan untuk memperkuat hasil dari observasi dan kuesioner.


Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kesiapsiagaan menghadapi banjir, dan dampak banjir terhadap pertanian.
Pembahasan dan Hasil
Kerentanan
Kerentanan tingkat sosial di Kecamatan Mojolaban masuk kategori sedang, kerentanan ekonomi masuk kategori sedang, dan kerentanan lingkungan masuk kategori rendah. Kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan digunakan untuk mengetahui kondisi wilayah yang rentan terhadap banjir. Jika, kerentanan tinggi maka dampak risiko bencana banjir juga tinggi apabila kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana rendah. Kerentanan rendah jika, risiko bencana banjir tinggi dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana banjir tinggi.
Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal di dekat sungai atau jarak sungai dengan permukiman 0-25m:















Kesiapsiagaan masyarakat yang mempunyai pemukiman dengan jarak 25m-100m dari sungai:











Kesiapsiagaan masyarakat yang mempunyai pemukiman jauh sungai atau dengan jarak 100m-250m:

Pertanian
Berikut kerusakan dan Kehilangan pertanian akibat banjir:
Menurut DALA kerusakan pertanian di hitung secara matematis dengan Rumus :
D = A x P
Keterangan :
D : Nilai kerusakan
A : Area Terdampak
P : Harga Pasar berlaku

Kerusakan Pertanian Akibat Banjir
Luas Areal Tergenang (A) (Ha)
Harga Padi Kering/kg (P)
Produksi setelah bencana
(kg)
Nilai kerusakan (D)
(Rp)
36.635
3000 rb
6500
714.382.500

Menurut DALA kehilangan pertanian di hitung secara matematis dengan Rumus:
L = Ye – Ya
Keterangan :
L : Kehilangan Produksi
Ye : Estimasi produksi pada tahun/kondisi normal
Ya : Hasil panen pada pasca bencana

Ye (Estimasi Normal)Ya (Produksi Pasca Bencana)L (Kehilangan)Rp 25.500.000Rp 19.500.000Rp 6.000.000Ye (Estimasi Normal)Ya (Produksi Pasca Bencana)L (Kehilangan)Rp 25.500.000Rp 19.500.000Rp 6.000.000Kehilangan Produksi Dampak Terjadinya Banjir
Ye
(Estimasi Normal)

Ya
(Produksi Pasca Bencana)
L
(Kehilangan)
Rp 25.500.000
Rp 19.500.000
Rp 6.000.000

Ye
(Estimasi Normal)

Ya
(Produksi Pasca Bencana)
L
(Kehilangan)
Rp 25.500.000
Rp 19.500.000
Rp 6.000.000




Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Mojolaban sedang, tingkat kerentanan ekonomi di Kecamatan Mojolaban sedang, dan tingkat kerentanan lingkungan di Kecamatan Mojolaban rendah.
Terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan berdasarkan jarak pada permukiman 0-25m, 25m-100m, dan 100m-250m dari sungai.
a. Luas persawahan yang tergenang 36,635 Ha akibatnya nilai kerusakan mencapai Rp 714.382.500 dan kehilangan mencapai Rp 6.000.000.
Akibat terjadinya banjir hasil panen menurun. Pada kondisi normal petani dapat penen 8,5 ton/7000m2, setelah banjir petani hanya dapat panen 6,5 ton/7000m2 bahkan tidak jarang petani mengalami gagal panen dan petani tidak dapat menyimpan cadangan pangan.
Dampak banjir mengakibatkan harga beras melonjak naik, yang semula hanya Rp 7.000/kg naik menjadi Rp 7.500-Rp 7.800/kg.
Saran
Kegiatan penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terkait melalui hasil penelitian ini disarankan agar:
Penyelenggaran Simulasi bencana oleh aparat desa hendaknya dapat diikuti oleh warga daerah sangat rawan, rawan, dan agak rawan.
Masyarakat hendaknya mengetahui masa tanam yang efektif, sehingga dapat terhindar dari banjir khususnya pada bulan Desember dan Januari.










DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan.2011.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:Salemba Medika.
Hidayat, Deny.2006.KAJIAN KESIAPSIGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA GEMPA BUMI & TSUNAMI. Jakarta: LIPI.

Jurenzy, Threse. 2011. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat dalam Kaitannya dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana di Daerah Rawan Bencana, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor: Skripsi.Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Khairuddin, Ngadimin, Sri Adelila, Melvina, Tati Fauziah.201. Dampak Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana terhadap Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah (Studi Kasus di Calang, Aceh Tengah, dan Pidie Jaya). Penelitian Kebencanaan. Banda Aceh : Ilmu Pendidikan FKIP Syiah Kuala, Program Studi Fisika FKIP Syiah Kuala, Program Studi Kimia FKIP Syiah Kuala, Program Studi PGSD FKIP Syiah Kuala.
Kodoatie, Robert J, Roestan Sjarief.2010.Tata Ruang Air.Yogyakarta: C.V Andi Offset Yulaelawati, Ella, Usman Syihab. 2008. Jakarta.
Krishna, S Pribadi, Engkon K. Kertapati, Diah Kusumastuti, Hamzah Latief,Hendra Grandis, Eng Imam A. Sadisun, Soebagiyo Soekarnen, Harman Ajiwibowo, Retno Dwi S, Ayu Krishna Juliawati, Farah Mulyasari, Novya Ekawati, Bayu Novianto. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung:Institut Teknologi Bandung.
Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BPBD No.02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta.

Murdiono, Benny.2008.Peran Serta Masyarakat Pada Penyusunan Rencana Pengelolaan Daya Rusak Sumber Daya Air Banjir, Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Nugroho, Kharisma, Hening Purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman M, Barry Adhitya. 2009. Preparedness Assessment Tools for Indonesia. Jakarta:UNESCO Office.
O'leary, Margaret.2004. Measuring Disaster Preparedness. United States of America: Lincoln, NE 68512.
Purnama, Asep.2008.Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Daerah Aliran Sungai Cisadane Menggunakan Sistem Informasi Geografis, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor: Skripsi. Bogor : Institute Pertanian Bogor.
Rejekiningrum , Popi, Irsal Las, Istiqlal Amien, Nurwindah Pujilestari, Woro Estiningtyas, Elza Surmaini, Suciantini, Yeli Sarvina, Aris Pramudia, Budi Kartiwa, Sri Muharsini, Sudarmaji, Hardiyanto, Catur Hermanto, Gatot Ari Putranto, Oswald Marbun.2011. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

Setiawan, Pepen Permana.2008. PPT Pengantar Statistik.UPI

Setyaningsih, Suci Juniarto.2008. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS.Surakarta: Laboratorium Komputer Jurusan Pendidikan Matematika.

Shidiq, Iqbal Putut Ash.2012. Penilaian Kerusakan Dan Kehilangan Pada Lahan Pertanian Pascaerupsi Gunungapi Merapi 2010 Di Das Gendol, Sekolah Pasca Sarjanah Universitas Gajah Mada Yogyakarta.Tesis.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta.
Sunarto.2010. Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: PSBA Universitas Gajah Mada.

Surmaini, Elenora Runtunuwu, dan Irsal Las.2010. Upaya Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Perubahan Iklim.Jurnal. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Yulaelawati, Ella dan Usman Syihap.2008.Mencerdasi Bencana Banjir.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kesiapsiagaan Masyarakat
Pada Jarak Permukiman 100m-250m dari Sungai



Kesiapsiagaan Masyarakat
Pada Jarak Permukiman 0-25m dari Sungai



Persentase % Kesiapsiagaan Masyarakat dengan Jarak Pemukiman (25m-100m) dari Sungai






Deskripsi

1





DAMPAK BANJIR TERHADAP PERTANIAN DAN KESIAPSIAGAAN PETANI
DI KAWASAN RENTAN BANJIR SUNGAI SAMIN
DESA TEGALMADE, KECAMATAN MOJOLABAN,
KABUPATEN SUKOHARJO
Muhammad Amin Sunarhadi, Usitta Diyana, dan Nanda Khoirunnisa
ABSTRAK
Banjir yang melanda di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo yang disebabkan oleh aliran sungai Sungai Samin pada setiap tahunnya memberikan banyak dampak, yaitu kerusakan infrastruktur dan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak banjir terhadap pertanian dan kesiapsiagaan masyarakat. Responden dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok jarak 0-25m dari sungai, 25m-100m dari sungai, dan 100m-250m dari sungai. Pengambilan sampel responden pertanian melakukan wawancara. Hasil penelitian pertanian menunjukan bahwa banjir menyebabkan adanya kerusakan dan kehilangan pada produksi pertanian. Setiap kelompok responden mempunyai tingkat kesiapsiagaan yang berbeda, meskipun kondisi masyarakat mempunyai karakteristik yang sama. Pada Permukiman 0-25m mempunyai tingkat kesiapsiagaan sangat siap, pada permukiman 25m-100m mempunyai kesiapsiagaan siap, dan yang bermukim pada jarak 100m-250m mempunyai kesiapsiagaan siap.

Kata kunci: Kesiapsiagaan, Banjir, Pertanian







Pendahuluan
Latar Belakang
Banjir yang melanda Desa Tegalmade, pada setiap tahun terjadi karena aliran sungai buangan dan meluapnya Sungai Samin sehingga badan sungai tidak dapat menampung air dengan baik. Banjir kembali melanda Desa Tegalmade pada hari Minggu tanggal 06 Januari 2013. Banjir yang melanda Desa Tegalmade menimbulkan kerugian yang cukup besar karena adanya kerusakan infrastruktur dan pertanian. Banjir disebabkan karena air limpasan tidak dapat mengalir ke sungai utama, hal tersebut terjadi karena tertutupnya pintu air ketika sungai utama tidak mampu lagi menampung.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah,penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan jarak pemukiman terhadap sungai?.
Apa dampak banjir terhadap pertanian?.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
Mengetahui kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan jarak pemukiman terhadap sungai.
Mengetahui dampak banjir terhadap pertanian.
Manfaat Penelitian
Bagi masyarakat
Meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan untuk menghadapi resiko bencana.
Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Tinjauan Kepustakaan
Menurut Ella Yulaelawati dan Usman Syihap dalam buku "Mencerdasi Bencana Banjir", (2008). Banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya.
Klasifikasi Jarak dari Sungai untuk Banjir, menurut Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008), klasifikasi jarak suatu wilayah dengan sungai dibagi menjadi tiga yaitu wilayah sangat rawan banjir, rawan banjir dan agak rawan banjir dengan jarak.
NoJarak Dari SungaiTingkat Kerawanan10-25mSangat rawan2>25-100mRawan3>100m-250mAgak RawanNoJarak Dari SungaiTingkat Kerawanan10-25mSangat rawan2>25-100mRawan3>100m-250mAgak RawanTabel 2.1. Jarak Pemukiman dengan Sungai
No
Jarak Dari Sungai
Tingkat Kerawanan
1
0-25m
Sangat rawan
2
>25-100m
Rawan
3
>100m-250m
Agak Rawan

No
Jarak Dari Sungai
Tingkat Kerawanan
1
0-25m
Sangat rawan
2
>25-100m
Rawan
3
>100m-250m
Agak Rawan




Sumber : Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008),Sumber : Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008),
Sumber : Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008),
Sumber : Asep Purnama "Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografi", (2008),
D = A x PD = A x P
D = A x P
D = A x P

Ancaman banjir yang semakin sering terjadi pada lahan sawah dapat menyebabkan berkurangnya luas area panen dan produksi padi, serta produktivitas dan kualitas hasil. Iqbal Putut Ash Shidiq "Penilaian Kerusakan Dan Kehilangan Pada Lahan Pertanian Pasca erupsi Gunung api Merapi 2010 Di Das Gendol", (2012). Penilaian kerusakan difokuskan kepada pertanian yang terkena dampak bencana. Secara matematis, nilai kerusakan dihitung dengan:



Keterangan:
D = Nilai kerusakan pada aset-aset fisik (Damage)
A = Area terdampak/luasan aset fisik yang terdampak (Affected area)
P = Harga pasar yang berlaku (Price)
Iqbal Putut Ash Shidiq "Penilaian Kerusakan Dan Kehilangan Pada Lahan Pertanian Pasca erupsi Gunung api Merapi 2010 Di Das Gendol", (2012). Penilaian kehilangan dilakukan untuk mengetahui besarnya kerugian yang diderita hingga tercapainya kondisi normal, seperti saat sebelum terjadinya bencana. Secara matematis, nilai kehilangan dihitung berdasarkan:
L = Ye -YaL = Ye -Ya
L = Ye -Ya
L = Ye -Ya

Keterangan:
L = Kehilangan produksi (Loss)
Ye = Estimasi produksi pada tahun/kondisi normal (Yield expected)
Ya = Hasil panen pada pascabencana (Yield actual)
Kharisma Nugroho, Hening Purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman, dan M.Barry Aditya, "PASTI Perangkat Diagnosa Kesiapsiagaan Bencana Indonesia", (2009). Mengukur kesiapsiagaan adalah mengukur kapasitas dalam hal pencegahan, mitigasi, tingkat bertahan hidup dan kesiapan. Kesiapsiagaan mempunyai 10 (sepuluh) standart yaitu :
Pembentukan dan pembangunan kapasitas organisasi untuk mengawasi dan menjalankan sistem peringatan.
Evakuasi.
Penyelamatan dan bantuan.
Pembuatan rencana pelaksanaan menangani bencana atau rencana penanganan bencana.
Mobilisasi langsung.
Pengaturan stok persediaan.
Komunikasi bahaya.
Pelatihan relawan.
Latihan dan simulasi masyarakat.
Pendidikan dan kesadaran masyarakat.
Dalam buku Pemetaan Risiko Bencana Gunung Api Merapi, kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Penentuan tingkat ancaman dilakukan dengan menggunakan skor, dimana semakin besar nilai scoring maka semakin tinggi ancamannya.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan warga dalam menghadapi banjir dan kerugian pertanian yang mengakibatkan kerusakan dan kehilangan.
Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Populasi, Sampel, dan Sampling Penelitian
Populasi yang digunaan pada penelitian ini adalah Masyarakat daerah rawan bencana di Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban. Pengumpulan data menggunakan teknik stratified proposional. Pengambilan sampel melalui digitasi pada citra mendapat 81 responden permukiman dekat sungai (0-100m) dan jauh sungai (100m-250m) 68 responden.


Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga di peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel dalam penelitian ini adalah Kesiapsiagaan :
Preparedness : the totality of measures undertaken in anticipation of imminent disaster (e.g hazard analysis, surveillnce, warning, rehearsals, logistics), (O'leary, Margaret. Measuring isater Preparesness).
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Adapun Teknik Pengumpulan data Yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tinjauan Pustaka.
Data diperoleh dari membaca buku, jurnal, surat kabar, artikel atau bentuk tulisan lainnya yang secara dengan topik penelitian mitigasi bencana.
Observasi (survey)
Observasi (survey) dilakukan untuk mengamati seberapa dekat daerah pemukiman terhadap sungai (kondisi geografis) sehingga dapat menjadi suatu kerentanan dan kondisi bangunan pemukiman.
Kuesioner (Angket)
Kuesioner (angket) diberikan kepada masyarakat Desa Tegalmade untuk mengetahui seberapa kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.
Dokumentasi
Dokumentasi Pengambilan gambar maupun data secara berkala yang digunakan untuk memperkuat hasil dari observasi dan kuesioner.


Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kesiapsiagaan menghadapi banjir, dan dampak banjir terhadap pertanian.
Pembahasan dan Hasil
Kerentanan
Kerentanan tingkat sosial di Kecamatan Mojolaban masuk kategori sedang, kerentanan ekonomi masuk kategori sedang, dan kerentanan lingkungan masuk kategori rendah. Kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan digunakan untuk mengetahui kondisi wilayah yang rentan terhadap banjir. Jika, kerentanan tinggi maka dampak risiko bencana banjir juga tinggi apabila kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana rendah. Kerentanan rendah jika, risiko bencana banjir tinggi dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana banjir tinggi.
Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal di dekat sungai atau jarak sungai dengan permukiman 0-25m:















Kesiapsiagaan masyarakat yang mempunyai pemukiman dengan jarak 25m-100m dari sungai:











Kesiapsiagaan masyarakat yang mempunyai pemukiman jauh sungai atau dengan jarak 100m-250m:

Pertanian
Berikut kerusakan dan Kehilangan pertanian akibat banjir:
Menurut DALA kerusakan pertanian di hitung secara matematis dengan Rumus :
D = A x P
Keterangan :
D : Nilai kerusakan
A : Area Terdampak
P : Harga Pasar berlaku

Kerusakan Pertanian Akibat Banjir
Luas Areal Tergenang (A) (Ha)
Harga Padi Kering/kg (P)
Produksi setelah bencana
(kg)
Nilai kerusakan (D)
(Rp)
36.635
3000 rb
6500
714.382.500

Menurut DALA kehilangan pertanian di hitung secara matematis dengan Rumus:
L = Ye – Ya
Keterangan :
L : Kehilangan Produksi
Ye : Estimasi produksi pada tahun/kondisi normal
Ya : Hasil panen pada pasca bencana

Ye (Estimasi Normal)Ya (Produksi Pasca Bencana)L (Kehilangan)Rp 25.500.000Rp 19.500.000Rp 6.000.000Ye (Estimasi Normal)Ya (Produksi Pasca Bencana)L (Kehilangan)Rp 25.500.000Rp 19.500.000Rp 6.000.000Kehilangan Produksi Dampak Terjadinya Banjir
Ye
(Estimasi Normal)

Ya
(Produksi Pasca Bencana)
L
(Kehilangan)
Rp 25.500.000
Rp 19.500.000
Rp 6.000.000

Ye
(Estimasi Normal)

Ya
(Produksi Pasca Bencana)
L
(Kehilangan)
Rp 25.500.000
Rp 19.500.000
Rp 6.000.000




Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Mojolaban sedang, tingkat kerentanan ekonomi di Kecamatan Mojolaban sedang, dan tingkat kerentanan lingkungan di Kecamatan Mojolaban rendah.
Terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan berdasarkan jarak pada permukiman 0-25m, 25m-100m, dan 100m-250m dari sungai.
a. Luas persawahan yang tergenang 36,635 Ha akibatnya nilai kerusakan mencapai Rp 714.382.500 dan kehilangan mencapai Rp 6.000.000.
Akibat terjadinya banjir hasil panen menurun. Pada kondisi normal petani dapat penen 8,5 ton/7000m2, setelah banjir petani hanya dapat panen 6,5 ton/7000m2 bahkan tidak jarang petani mengalami gagal panen dan petani tidak dapat menyimpan cadangan pangan.
Dampak banjir mengakibatkan harga beras melonjak naik, yang semula hanya Rp 7.000/kg naik menjadi Rp 7.500-Rp 7.800/kg.
Saran
Kegiatan penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terkait melalui hasil penelitian ini disarankan agar:
Penyelenggaran Simulasi bencana oleh aparat desa hendaknya dapat diikuti oleh warga daerah sangat rawan, rawan, dan agak rawan.
Masyarakat hendaknya mengetahui masa tanam yang efektif, sehingga dapat terhindar dari banjir khususnya pada bulan Desember dan Januari.










DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan.2011.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Efendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:Salemba Medika.
Hidayat, Deny.2006.KAJIAN KESIAPSIGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA GEMPA BUMI & TSUNAMI. Jakarta: LIPI.

Jurenzy, Threse. 2011. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat dalam Kaitannya dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana di Daerah Rawan Bencana, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor: Skripsi.Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Khairuddin, Ngadimin, Sri Adelila, Melvina, Tati Fauziah.201. Dampak Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana terhadap Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah (Studi Kasus di Calang, Aceh Tengah, dan Pidie Jaya). Penelitian Kebencanaan. Banda Aceh : Ilmu Pendidikan FKIP Syiah Kuala, Program Studi Fisika FKIP Syiah Kuala, Program Studi Kimia FKIP Syiah Kuala, Program Studi PGSD FKIP Syiah Kuala.
Kodoatie, Robert J, Roestan Sjarief.2010.Tata Ruang Air.Yogyakarta: C.V Andi Offset Yulaelawati, Ella, Usman Syihab. 2008. Jakarta.
Krishna, S Pribadi, Engkon K. Kertapati, Diah Kusumastuti, Hamzah Latief,Hendra Grandis, Eng Imam A. Sadisun, Soebagiyo Soekarnen, Harman Ajiwibowo, Retno Dwi S, Ayu Krishna Juliawati, Farah Mulyasari, Novya Ekawati, Bayu Novianto. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung:Institut Teknologi Bandung.
Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BPBD No.02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta.

Murdiono, Benny.2008.Peran Serta Masyarakat Pada Penyusunan Rencana Pengelolaan Daya Rusak Sumber Daya Air Banjir, Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Nugroho, Kharisma, Hening Purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman M, Barry Adhitya. 2009. Preparedness Assessment Tools for Indonesia. Jakarta:UNESCO Office.
O'leary, Margaret.2004. Measuring Disaster Preparedness. United States of America: Lincoln, NE 68512.
Purnama, Asep.2008.Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Daerah Aliran Sungai Cisadane Menggunakan Sistem Informasi Geografis, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor: Skripsi. Bogor : Institute Pertanian Bogor.
Rejekiningrum , Popi, Irsal Las, Istiqlal Amien, Nurwindah Pujilestari, Woro Estiningtyas, Elza Surmaini, Suciantini, Yeli Sarvina, Aris Pramudia, Budi Kartiwa, Sri Muharsini, Sudarmaji, Hardiyanto, Catur Hermanto, Gatot Ari Putranto, Oswald Marbun.2011. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

Setiawan, Pepen Permana.2008. PPT Pengantar Statistik.UPI

Setyaningsih, Suci Juniarto.2008. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS.Surakarta: Laboratorium Komputer Jurusan Pendidikan Matematika.

Shidiq, Iqbal Putut Ash.2012. Penilaian Kerusakan Dan Kehilangan Pada Lahan Pertanian Pascaerupsi Gunungapi Merapi 2010 Di Das Gendol, Sekolah Pasca Sarjanah Universitas Gajah Mada Yogyakarta.Tesis.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta.
Sunarto.2010. Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: PSBA Universitas Gajah Mada.

Surmaini, Elenora Runtunuwu, dan Irsal Las.2010. Upaya Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Perubahan Iklim.Jurnal. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Yulaelawati, Ella dan Usman Syihap.2008.Mencerdasi Bencana Banjir.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kesiapsiagaan Masyarakat
Pada Jarak Permukiman 100m-250m dari Sungai



Kesiapsiagaan Masyarakat
Pada Jarak Permukiman 0-25m dari Sungai



Persentase % Kesiapsiagaan Masyarakat dengan Jarak Pemukiman (25m-100m) dari Sungai




Lihat lebih banyak...

Komentar

We're moving the hosting, the preview may show error, this will be automatically reload again in 15 seconds to resolve this.
Hak Cipta © 2017 CARIDOKUMEN Inc.