kesalahan penulisan jurnalistik
Deskripsi Singkat
7
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penulisan
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk saling berkomunikasi atau menyampaikan suatu informasi dari satu individu ke individu lainnya. Oleh sebab itu, dalam interaksi sosial dengan sesama manusia, diperlukan penyampaian kata-kata yang jelas dan efektif agar informasi dapat diterima sesuai dengan maksud sang pemberi informasi.
Demikian pula dengan penyampaian berita kepada masyarakat. Para jurnalis atau wartawan harus bisa menyampaikan informasi berupa berita secara singkat, padat, jelas, dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa jurnalistik. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesalahan penyampaian informasi. Dengan demikian, baik orang biasa maupun orang kalangan atas bisa memahami suatu berita dengan makna yang sama. Selain itu, jurnalis juga harus berusaha untuk membuat berita semenarik mungkin untuk menarik perhatian para penonton ataupun pembaca.
Rumusan Masalah
Bagaimana ciri-ciri bahasa jurnalistik yang baik dan benar?
Bagaimana bentuk kesalahan penulisan bahasa jurnalistik pada media elektronik?
Bagaimana dampak kesalahan penulisan bahasa jurnalistik terhadap masyarakat?
Bagaimana cara menghindari kesalahan penulisan bahasa jurnalistik?
Tujuan Penulisan
Mengetahui ciri-ciri bahasa jurnalistik.
Mengetahui bentuk kesalahan penulisan bahasa jurnalistik pada media elektronik.
Mengetahui dampak kesalahan penulisan bahasa jurnalistik terhadap masyarakat.
Mengetahui cara menghindari kesalahan penulisan bahasa jurnalistik.
Manfaat Penulisan
Bagi penulis :
Menambah pengetahuan penulis mengenai penulisan bahasa jurnalistik yang baik dan benar pada media elektronik.
Melatih kemampuan berpikir dan kreatifitas penulis dalam menyampaikan gagasan atau pendapatnya tentang suatu masalah atau topik yang sedang dibahas.
Melatih penulis tentang tata cara penulisan karya tulis yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan dapat berguna di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Bagi pembaca :
Menambah pengetahuan pembaca mengenai penulisan bahasa jurnalistik yang baik dan benar pada media elektronik
Sebagai sumber referensi bagi pembaca untuk pembuatan karya tulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan wartawan dalam penulisan
berita dengan mengubah Bahasa Indonesia KBBI menjadi lebih menarik untuk dibaca dengan tingkat intelektual minimal. Hal ini mengingat berita dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Oleh sebab itu, bahasa jurnalistik itu harus jelas dan mudah dimengerti.
Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki ciri-ciri khas, yaitu:
Singkat : bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang bertele-tele.
Padat : bahasa jurnalistik yang singkat itu harus mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Umumnya menerapkan prinsip 5W 1H, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.
Sederhana : bahasa jurnalistik sebaiknya menggunakan kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaiannya dan tidak berlebihan.
Lugas : mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.
Menarik : menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
Jelas : informasi yang disampaikan jurnalis dapat mudah dipahami oleh khalayak umum. Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, bahasa jurnalistik umumnya menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif.
Sedangkan menurut Tubiyono (2011) yang mengutip dari H. Rosihan Anwar dan John Hohenberg ada 19 ciri bahasa Indonesia jurnalistik yaitu:
1. Sesuai dengan ejaan yang berlaku.
2. Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
3. Tidak menanggalkan prefik me- dan ber- , kecuai dalam judul berita.
4. Menggunakan kalimat pendek, lengkap, dan logis.
5. Tiap alinea terdiri dari 2 atau tiga kalimat dan koherensinya terpelihara.
6. Penggunaan bentuk aktif (kata dan kalimat) lebih diutamakan. Bentuk pasif seperlunya saja. Kata sifat juga dibatasi penggunaannya.
7. Ungkapan-ungkapan klise seperti: sementara itu, perlu diketahui,di mana, kepada siapa dan sebagainya dihindari.
8. Kata berlebihan tidak digunakan.
9. Kalimat aktif dan pasif tidak dicampuradukkan dalam satu paragraf.
10. Kata asing dan istilah ilmiah yang sangat teknis tidak digunakan. Kalau terpaksa harus dijelaskan.
11. Penggunaan singkatan dan akronim dibatasi. Pada pertama kali singkatan dan akronim digunakan harus diberi penjelasan kepanjangannya.
12. Penggunaan kata yang pendek didahulukan daripada kata yang panjang.
13. Tidak menggunakan kata ganti orang pertama (saya dan kami), berita harus menggunakan kata ganti orang ketiga.
14. Kutipan ditempatkan pada alinea baru.
15. Tidak memasukkan pendapat sendiri dalam berita.
16. Berita disajikan dalam bentuk kalimat lampau mengenai sesuatu yang telah terjadi.
17. Kata hari ini digunakan dalam media elektronik dan harian sore. Sedangkan kata kemarin digunakan harian pagi hari.
18. Segala sesuatu dijelaskan secara spesifik.
19. Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikatif, mudah dipahami bagi pembaca.
Bentuk-bentuk kesalahan penulisan bahasa jurnalistik pada media elektronik
Terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:
Peyimpangan morfologis
Peyimpangan ini sering terjadi dijumpai pada judul berita yang memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan.
Kata nyoblos seharusnya adalah mencoblos karena huruf 'c' tidak luluh ketika diberi imbuhan dan seharusnya kata nyoblos dilengkapi dengan prefiks.
Kesalahan sintaksis
Kesalahan berupa pemakaian tata bahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh :
Kesalahan pada kalimat "Bobbi menurunkan bakat bernyanyi dari sang Ibu".
Bobbi adalah anaknya Whitney Houston, jadi Ibu yang seharusnya menurunkan bakat bernyanyinya. Kalimat yang benar adalah "Sang Ibu menurunkan bakat bernyanyi pada Bobbi" atau "Bobbi mendapat bakat bernyanyi dari sang Ibu"
Kesalahan kosakata
Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu merupakan pukulan telak bagi kemanusian. Seharusnya kata pukulan telak diganti saja langsung dengan kata kejahatan (kejahatan kemanusian).
4. Kesalahan ejaan.
Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam berbagai acara berita.
Stasiun TV ini mengalami kesalahan teknis dalam penulisan 'penyelesain', yang seharusnya adalah 'penyelesaian'.
Ya, kata 'tokoh' berubah menjadi 'tojkoh'.
Nama kota yang berubah menjadi 'tasikmalay' yang seharusnya 'tasikmalaya'.
Kata 'penggunaan' menjadi 'pengggunaan'.
Kata 'pengusaha' menjadi 'pengusahaha'.
Penulisan 'anggota' yang mengalami kesalahan teknis penulisan menjadi 'angoota'.
Dampak Kesalahan Penulisan Bahasa Jurnalistik terhadap Masyarakat
Bagi para penulis dan jurnalis (wartawan), bahasa adalah senjata, dan kata-kata adalah pelurunya. Mereka tidak mungkin bisa memengaruhi pikiran, suasana hati, dan gejolak perasaan pembaca atau penonton, jika tidak menguasai bahasa jurnalistik dengan baik dan benar.
Itulah sebabnya, para penulis dan jurnalis harus dibekali penguasaan atas kosa kata, pilihan kata, kalimat, paragraf, gaya bahasa, dan etika bahasa jurnalistik. Jika ini tidak terpenuhi, maka akan timbul masalah karena kesalahpahaman atau yang lainnya karena dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.
Media elektronik juga berguna untuk menyampaikan informasi, karena itu jika bahasa jurnalistik tidak dapat menyampaikan informasi dengan daya komunikasinya, akan timbul kebingungan dari kalangan pembaca atas informasi yang tidak benar. Bahasa jurnalistik juga terdapat di media elektronik yang dapat diakses oleh semua orang sehingga kesalahan sedikitpun akan menjadi masalah yang besar bagi sebagian pihak yang terkena dampak tersebut.
Cara Menghindari Kesalahan Penulisan Bahasa Jurnalistik
Perlu dilakukan penyuntingan atau editing baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, ejaan, serta pemakaian bahasa jurnalistik yang baik secara umum.
Wartawan berlatih memilih kosakata yang tepat, dengan cara memperkaya kosakata lewat latihan penambahan kosakata dengan teknik sinonimi, dan antonimi. Dalam teknik sinonimi dia dapat mensejajarkan kelas kata yang sama yang nuansa maknanya sama atau berbeda. Dalam teknik antonimi penulis bisa mendaftar kata-kata dan lawan katanya. Dengan cara ini penulis atau wartawan bisa memilih kosakata yang memiliki rasa dan bermakna bagi pembaca.
Seorang wartawan juga harus memperhatikan pertautan dengan memperhatikan kata ganti dan gagasan yang sejajar dituangkan dalam kalimat sejajar; manakala sudut pandang terhadap isi kalimat tetap sama, maka penempatan fokus dapat dicapai dengan pengubahan urutan kata yang lazim dalam kalimat, pemakaian bentuk aktif atau pasif, atau mengulang fungsi khusus.
Oleh karena itu diperlukan latihan menulis yang terus-menerus, dan latihan penyuntingan. Dengan upaya pelatihan dan penyuntingan, diharapkan seorang jurnalis dapat menyajikan ragam bahasa jurnalistik yang memiliki rasa dan memuaskan selera penontonnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri bahasa jurnalistik yang terdiri dari singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, dan jelas perlu diperhatikan untuk menghindari macam-macam bentuk kesalahan penulisan bahasa jurnalistik dalam media elektronik. Kesalahan seperti kesalahan sintaksis, kosakata, ejaan, maupun penyimpangan morfologis dapat menyebabkan kesalahan penyampaian informasi dan menyebabkan kesalahpahaman dan kebingungan di berbagai kalangan masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan penyuntingan berita dan pelatihan untuk para jurnalis terutama pelatihan kosakata untuk menghindari dan meminimalisir kesalahan dalam penulisan bahasa jurnalistik pada media elektronik.
Saran
Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga bermanfaat bagi semua pembaca. Apabila ada saran dan masukan yang ingin disampaikan, kami dengan senang hati akan menerimanya. Apabila ada kesalahan kata-kata maupun hal lainnya, kami juga mohon maaf sebesar-besarnya, sebab kami tahu bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.
Deskripsi
7
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penulisan
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk saling berkomunikasi atau menyampaikan suatu informasi dari satu individu ke individu lainnya. Oleh sebab itu, dalam interaksi sosial dengan sesama manusia, diperlukan penyampaian kata-kata yang jelas dan efektif agar informasi dapat diterima sesuai dengan maksud sang pemberi informasi.
Demikian pula dengan penyampaian berita kepada masyarakat. Para jurnalis atau wartawan harus bisa menyampaikan informasi berupa berita secara singkat, padat, jelas, dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa jurnalistik. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesalahan penyampaian informasi. Dengan demikian, baik orang biasa maupun orang kalangan atas bisa memahami suatu berita dengan makna yang sama. Selain itu, jurnalis juga harus berusaha untuk membuat berita semenarik mungkin untuk menarik perhatian para penonton ataupun pembaca.
Rumusan Masalah
Bagaimana ciri-ciri bahasa jurnalistik yang baik dan benar?
Bagaimana bentuk kesalahan penulisan bahasa jurnalistik pada media elektronik?
Bagaimana dampak kesalahan penulisan bahasa jurnalistik terhadap masyarakat?
Bagaimana cara menghindari kesalahan penulisan bahasa jurnalistik?
Tujuan Penulisan
Mengetahui ciri-ciri bahasa jurnalistik.
Mengetahui bentuk kesalahan penulisan bahasa jurnalistik pada media elektronik.
Mengetahui dampak kesalahan penulisan bahasa jurnalistik terhadap masyarakat.
Mengetahui cara menghindari kesalahan penulisan bahasa jurnalistik.
Manfaat Penulisan
Bagi penulis :
Menambah pengetahuan penulis mengenai penulisan bahasa jurnalistik yang baik dan benar pada media elektronik.
Melatih kemampuan berpikir dan kreatifitas penulis dalam menyampaikan gagasan atau pendapatnya tentang suatu masalah atau topik yang sedang dibahas.
Melatih penulis tentang tata cara penulisan karya tulis yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan dapat berguna di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Bagi pembaca :
Menambah pengetahuan pembaca mengenai penulisan bahasa jurnalistik yang baik dan benar pada media elektronik
Sebagai sumber referensi bagi pembaca untuk pembuatan karya tulis yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan wartawan dalam penulisan
berita dengan mengubah Bahasa Indonesia KBBI menjadi lebih menarik untuk dibaca dengan tingkat intelektual minimal. Hal ini mengingat berita dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Oleh sebab itu, bahasa jurnalistik itu harus jelas dan mudah dimengerti.
Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki ciri-ciri khas, yaitu:
Singkat : bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang bertele-tele.
Padat : bahasa jurnalistik yang singkat itu harus mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Umumnya menerapkan prinsip 5W 1H, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.
Sederhana : bahasa jurnalistik sebaiknya menggunakan kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaiannya dan tidak berlebihan.
Lugas : mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.
Menarik : menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
Jelas : informasi yang disampaikan jurnalis dapat mudah dipahami oleh khalayak umum. Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, bahasa jurnalistik umumnya menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif.
Sedangkan menurut Tubiyono (2011) yang mengutip dari H. Rosihan Anwar dan John Hohenberg ada 19 ciri bahasa Indonesia jurnalistik yaitu:
1. Sesuai dengan ejaan yang berlaku.
2. Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.
3. Tidak menanggalkan prefik me- dan ber- , kecuai dalam judul berita.
4. Menggunakan kalimat pendek, lengkap, dan logis.
5. Tiap alinea terdiri dari 2 atau tiga kalimat dan koherensinya terpelihara.
6. Penggunaan bentuk aktif (kata dan kalimat) lebih diutamakan. Bentuk pasif seperlunya saja. Kata sifat juga dibatasi penggunaannya.
7. Ungkapan-ungkapan klise seperti: sementara itu, perlu diketahui,di mana, kepada siapa dan sebagainya dihindari.
8. Kata berlebihan tidak digunakan.
9. Kalimat aktif dan pasif tidak dicampuradukkan dalam satu paragraf.
10. Kata asing dan istilah ilmiah yang sangat teknis tidak digunakan. Kalau terpaksa harus dijelaskan.
11. Penggunaan singkatan dan akronim dibatasi. Pada pertama kali singkatan dan akronim digunakan harus diberi penjelasan kepanjangannya.
12. Penggunaan kata yang pendek didahulukan daripada kata yang panjang.
13. Tidak menggunakan kata ganti orang pertama (saya dan kami), berita harus menggunakan kata ganti orang ketiga.
14. Kutipan ditempatkan pada alinea baru.
15. Tidak memasukkan pendapat sendiri dalam berita.
16. Berita disajikan dalam bentuk kalimat lampau mengenai sesuatu yang telah terjadi.
17. Kata hari ini digunakan dalam media elektronik dan harian sore. Sedangkan kata kemarin digunakan harian pagi hari.
18. Segala sesuatu dijelaskan secara spesifik.
19. Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikatif, mudah dipahami bagi pembaca.
Bentuk-bentuk kesalahan penulisan bahasa jurnalistik pada media elektronik
Terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:
Peyimpangan morfologis
Peyimpangan ini sering terjadi dijumpai pada judul berita yang memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan.
Kata nyoblos seharusnya adalah mencoblos karena huruf 'c' tidak luluh ketika diberi imbuhan dan seharusnya kata nyoblos dilengkapi dengan prefiks.
Kesalahan sintaksis
Kesalahan berupa pemakaian tata bahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh :
Kesalahan pada kalimat "Bobbi menurunkan bakat bernyanyi dari sang Ibu".
Bobbi adalah anaknya Whitney Houston, jadi Ibu yang seharusnya menurunkan bakat bernyanyinya. Kalimat yang benar adalah "Sang Ibu menurunkan bakat bernyanyi pada Bobbi" atau "Bobbi mendapat bakat bernyanyi dari sang Ibu"
Kesalahan kosakata
Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu merupakan pukulan telak bagi kemanusian. Seharusnya kata pukulan telak diganti saja langsung dengan kata kejahatan (kejahatan kemanusian).
4. Kesalahan ejaan.
Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam berbagai acara berita.
Stasiun TV ini mengalami kesalahan teknis dalam penulisan 'penyelesain', yang seharusnya adalah 'penyelesaian'.
Ya, kata 'tokoh' berubah menjadi 'tojkoh'.
Nama kota yang berubah menjadi 'tasikmalay' yang seharusnya 'tasikmalaya'.
Kata 'penggunaan' menjadi 'pengggunaan'.
Kata 'pengusaha' menjadi 'pengusahaha'.
Penulisan 'anggota' yang mengalami kesalahan teknis penulisan menjadi 'angoota'.
Dampak Kesalahan Penulisan Bahasa Jurnalistik terhadap Masyarakat
Bagi para penulis dan jurnalis (wartawan), bahasa adalah senjata, dan kata-kata adalah pelurunya. Mereka tidak mungkin bisa memengaruhi pikiran, suasana hati, dan gejolak perasaan pembaca atau penonton, jika tidak menguasai bahasa jurnalistik dengan baik dan benar.
Itulah sebabnya, para penulis dan jurnalis harus dibekali penguasaan atas kosa kata, pilihan kata, kalimat, paragraf, gaya bahasa, dan etika bahasa jurnalistik. Jika ini tidak terpenuhi, maka akan timbul masalah karena kesalahpahaman atau yang lainnya karena dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.
Media elektronik juga berguna untuk menyampaikan informasi, karena itu jika bahasa jurnalistik tidak dapat menyampaikan informasi dengan daya komunikasinya, akan timbul kebingungan dari kalangan pembaca atas informasi yang tidak benar. Bahasa jurnalistik juga terdapat di media elektronik yang dapat diakses oleh semua orang sehingga kesalahan sedikitpun akan menjadi masalah yang besar bagi sebagian pihak yang terkena dampak tersebut.
Cara Menghindari Kesalahan Penulisan Bahasa Jurnalistik
Perlu dilakukan penyuntingan atau editing baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, ejaan, serta pemakaian bahasa jurnalistik yang baik secara umum.
Wartawan berlatih memilih kosakata yang tepat, dengan cara memperkaya kosakata lewat latihan penambahan kosakata dengan teknik sinonimi, dan antonimi. Dalam teknik sinonimi dia dapat mensejajarkan kelas kata yang sama yang nuansa maknanya sama atau berbeda. Dalam teknik antonimi penulis bisa mendaftar kata-kata dan lawan katanya. Dengan cara ini penulis atau wartawan bisa memilih kosakata yang memiliki rasa dan bermakna bagi pembaca.
Seorang wartawan juga harus memperhatikan pertautan dengan memperhatikan kata ganti dan gagasan yang sejajar dituangkan dalam kalimat sejajar; manakala sudut pandang terhadap isi kalimat tetap sama, maka penempatan fokus dapat dicapai dengan pengubahan urutan kata yang lazim dalam kalimat, pemakaian bentuk aktif atau pasif, atau mengulang fungsi khusus.
Oleh karena itu diperlukan latihan menulis yang terus-menerus, dan latihan penyuntingan. Dengan upaya pelatihan dan penyuntingan, diharapkan seorang jurnalis dapat menyajikan ragam bahasa jurnalistik yang memiliki rasa dan memuaskan selera penontonnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri bahasa jurnalistik yang terdiri dari singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, dan jelas perlu diperhatikan untuk menghindari macam-macam bentuk kesalahan penulisan bahasa jurnalistik dalam media elektronik. Kesalahan seperti kesalahan sintaksis, kosakata, ejaan, maupun penyimpangan morfologis dapat menyebabkan kesalahan penyampaian informasi dan menyebabkan kesalahpahaman dan kebingungan di berbagai kalangan masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan penyuntingan berita dan pelatihan untuk para jurnalis terutama pelatihan kosakata untuk menghindari dan meminimalisir kesalahan dalam penulisan bahasa jurnalistik pada media elektronik.
Saran
Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga bermanfaat bagi semua pembaca. Apabila ada saran dan masukan yang ingin disampaikan, kami dengan senang hati akan menerimanya. Apabila ada kesalahan kata-kata maupun hal lainnya, kami juga mohon maaf sebesar-besarnya, sebab kami tahu bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.
Lihat lebih banyak...
Komentar