Model Pembelajaran Kooperatif TTW (Cooperative TTW Learning Model)

June 2, 2017 | Author: Kadek Wirawan | Category: stillWirawan
Share Embed


Deskripsi Singkat

Model Pembelajaran KOOPERATIF-TTW Think-Talk-Write

Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa

I Kadek Wirawan 1413021011

Kritik dan Saran: [email protected] Copyright @ I Kadek Wirawan |©2016

KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Om Awignamastu, Puja dan puji syukur saya haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan buku ini yang berjudul “Model Pembelajaran KOOPERATIF-TTW. Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa”. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik tenaga, maupun pemikiran hingga dapat terselesaikannya buku ini. Tidak lupa pula, penulis haturkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. I Wayan Suastra, M. Pd. Sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Jurusan Pend. Fisika Undiksha. 2. I Putu Wina Yasa, S.Pd., M.Pd. sebagai asisten dosen Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Jurusan Pend. Fisika Undiksha. 3. Korti 4A, dan Affinity 4A atas koordinasi dan dukungan morilnya Penulis menyadari, buku ini tidak sempurna, oleh karena itu penulis denganterbuka menerima keritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga buku ini dapat bermanfaat, terimakasih. Om Santih Santih Santih Om Singaraja, Juni 2016 Penulis Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

i

DAFTAR ISI Halaman Depan Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

Rasional

1

Belajar Menurut Paham Kontruktivisme

9

Prinsip-Prinsip Kontruktivisme

12

Hakikat dan Mekanisme Belajar Menurut Kontruktivisme

14

Model Pembelajaran Kooperatif

16

Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

20

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

21

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write

24

Komponen Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif-TTW

25

Peranan dan Tugas Guru dalam Usaha Mengefektifkan TTW

26

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif TTW

27

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif-TTW

29

Sistem Sosial

33

Prinsip Reaksi

34

Sistem Pendukung

35

Dampak Intrksional dan Pendukung

37

Simpulan dan Saran

37

Contoh RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW

40

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran 1. 2. 3. 4.

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) RUBRIK PENILAIAN KOGNITIF PENILAIAN KOGNITIF RUBRIK PENIALAIN SIKAP

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

ii

5. PENILAIAN SIKAP 6. RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN 7. PENILAIAN KETERAMPILAN 8. KUIS 9. RUBRIK PENILAIAN KUIS 10. PENILAIAN KOGNITIF (KUIS) 11. PELERJAAN RUMAH (PR) 12. RUBRIK PENILAIAN PR 13. PENILAIAN PR

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

iii

RASIONAL Perkembangan mutu pendidikan diiringi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu syarat untuk mencapai tujuan pembangunan adalah pendidikan

yang berkualitas

sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah. Pendidikan

merupakan

aktivitas

untuk

mempersiapkan siswa agar mampu menjadi warga masyarakat yang memiliki kontribusi positif di masa yang akan datang. Pendidikan diselenggarakan untuk mengarahkan siswa memiliki kecakapan hidup di masyarakat.

Untuk

mewujudkan

hal

tersebut,

pengembangan pendidikan harus bersandar pada empat pilar pendidikan yang dirumuskan oleh United Nations Educational,

Scientific,

and

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Culture

(UNESCO).

1

Keempat pilar pendidikan itu adalah (1) belajar untuk berpengetahuan (learning to know), (2) belajar untuk berbuat (learning to do), (3) belajar untuk hidup bersama (learning to live together), dan (4) belajar untuk jati diri (learning to be) (Soedijarto, 2008). Jika mengacu pada pilar-pilar tersebut, maka proses pembelajaran seharusnya tidak hanya terfokus pada penguasaan materi. Pilar pendidikan belajar untuk berpengetahuan dan belajar untuk berbuat mengarahkan proses pembelajaran seyogianya mencakup pada pola berpikir dan bertindak, yang merefleksikan pemahaman konsep, keterampilan proses, dan sikap ilmiah siswa. Pembelajaran sains khususnya fisika yang berhubungan dengan gejala alam tidak hanya sekadar mengingat dan memahami konsep yang ditemukan oleh siswa. Hal yang lebih penting adalah pengembangan perilaku siswa dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Tuntutan kompetensi dalam kurikulum tidak hanya menuntut pemahaman konsep tetapi juga sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mencakup aspek pemahaman konsep dan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

2

sikap

ilmiah

pengembangan

tersebut. perilaku

Pembelajaran siswa

dalam

dengan

menemukan

konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa, untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan mendasar sehingga konsep yang dipelajari mudah dipahami. Begitu pentingnya pendidikan segingga menuntut adanya

peningkatan

mutu

pendidikan,

khususnya

pembelajaran sains dewasa ini makin terasa. Selain teknis pembelajaran terdapat pula aspek-aspek penting seperti moral dan nilai-nilai (values) yang harus diperhatikan dalam pembelajaran, bukan hanya sekadar pernyataan tentang fakta, konsep, teori maupun hukumhukum

sains

pendidikan

(Trianto, perlu

2009).

ditempatkan

Dengan

demikian

dalam

konteks

pembentukan manusia seutuhnya sesuai

amanat UU

Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Umumnya pembelajaran mata pelajaran Fisika dirasakan sulit oleh peserta didik, karena sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan. Masalah ini akan membawa pola pikir siswa Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

3

pada pembelajaran sangat monoton dan membosankan, disamping itu guru dalam proses pembelajaran kurang memperhatikan konsep awal siswa. Siswa beranggapan bahwa apa yang dipelajari tanpa ada arti karena tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang lalu maupun dengan peristiwa yang ada dalam lingkungan mereka. Salah satu penyebab yang paling berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar Fisika yang dicapai siswa adalah terjadinya kesalahan konsep (miskonsepsi) pada siswa. Prakonsepsi

siswa

yang

pada

umumnya

bersifat

miskonsepsi secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Hal ini akan berdampak pada prestasi belajar siswa akan menurun. Sehingga bukan hal yang mengejutkan jika hasil belajar Fisika relatif masih rendah, dan kurang diminati oleh siswa. Karenanya diperlukan orientasi dan pendekatan baru yang lebih efektif dalam pembelajaran sains Fisika. Suastra (2006) mengungkapkan bahwa pendidikan sains di sekolah di Indonesia cenderung hanya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, yaitu pengetahuan yang terlalu berpusat pada buku (textbook), sehingga memecahkan soal sederhana dapat dilakukan, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

4

tetapi lepas dari situasi nyata. Perilaku siswa dibangun atas proses kebiasaan. Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pembelajaran. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa hanya sebatas teori saja tanpa adanya pemahaman terhadap aplikasinya, sehingga konsep yang didapatkan siswa hanya bersifat sementara. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri konsep pembelajaran. Hal ini menyebabkan evaluasi pada aspek keterampilan proses dan sikap ilmiah yang menjadi tuntutan kurikulum dalam penilaian proses pembelajaran di kelas belum dilakukan secara optimal. Pada kenyataannya, guru menyampaikan informasi hanya terpaku pada isi pelajaran dan teori yang ada pada buku paket. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam memahami konsep-konsep fisika. Siswa terbiasa dihadapkan pada sesuatu yang abstrak dan cenderung tidak dikaitkan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan tingkat kemampuan berpikir rendah, karena siswa cenderung mengerti tentang materi yang disajikan oleh guru, tetapi kurang dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Heller et al., Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

5

1992). Permasalahan ini akan bertambah buruk jika siswa tidak mampu memecahkan suatu permasalahan yang diberikan karena mereka kurang memahami materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa yang terbiasa menghafal untuk mengetahui akan memiliki tingkat interaksi sosial yang kurang. Mereka akan hidup dengan merasa tidak memerlukan pendapat orang lain. Dengan cara

ini,

siswa

mengungkapkan

akan

cenderung

pendapatnya

sendiri,

tidak

bisa

sehingga

perkembangan aspek kognitif siswa akan sangat lamban. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman konsep dan interaksi sosial siswa kurang optimal. Ketidak efektifanya pembelajaran di sekolah seperti sistem pembelajaran di sekolah yang berjalan secara tradisional atau konvensional (metode ceramah lalu dilanjutkan pada latihan soal) menyebabkan guru cenderung menjejalkan materi kepada siswa dan pembelajaran di kelas menjadi sepenuhnya berpusat pada guru (teacher centered). Tidak terkecuali pada mata pelajaran Fisika. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang menuntut siswa atau peserta didik terampil untuk menerapkan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

6

konsep dan prinsip sains yang diperoleh sehingga menghasilkan siswa atau peserta didik yang melek sains dan teknologi. Strategi

atau

pendekatan

yang

hendaknya

diterapkan untuk menanggulangi hal-hal diatas adalah strategi yang dimana seorang guru dituntut untuk mampu membentuk interaksi sosial antar siswa agar siswa mampu mengaitkan konsep baru yang dipelajarinya dengan struktur kognitif mereka, bahkan diharapkan mampu menggoyahkan stabilitas miskonsepsi siswa (Hanafiah dan Cucu, 2009). Jika siswa sudah menjadi ragu terhadap kebenaran gagasannya, maka dapat diharapkan mereka akan mau merekonstruksi gagasan atau

konsepsinya

sehingga

pada

akhir

proses

pembelajaran di kepala siswa hanya terdapat sains guru yang berupa pengetahuan ilmiah (Sadia, 2004). Salah satu model pembelajaran

yang dapat

merangsang interaksi sosial siswa dan terbentuknya pemahaman

konsep

yang

baik

adalah

Model

Cooperative Think-Talk-Write (TTW). Interaksi sosial dalam pembelajaran sangat membantu proses asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam pergulatan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

7

intelektualitas siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan penjelasan tersebut adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW). Dengan pembelajaran yang seperti ini, maka diharapkan siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya termasuk pada mata pelajaran Fisika. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dirancang dan dikembangkan suatu model pembelajaran Fisika yang terutama diarahkan untuk meningkatkan interaksi sosial dan pemahaman konsep siswa yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Ada tiga fase pokok dalam model pembelajaran Kooperatif TTW. Pertama, Think (Berpikir); Dalam tahap

ini

siswa

secara

individu

memikirkan

kemungkinan jawaban atau strategi penyelesaian, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Kedua, Talk (Berbicara atau Berdiskusi); Pada tahap talk siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada tahap talk memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Ketiga, Write (Menulis); Aktivitas Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

8

menulis siswa pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan,

mengorganisasikan

semua

pekerjaan

langkah demi langkah, mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

Belajar Menurut Paham Konstruktivisme Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Hal tersebut senada dengan pendapat Sadia (2007), bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke dalam pikiran peserta didik, karena mengajar bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses yang memungkinkan para siswa untuk

mengkonstruksi

pengetahuannya.

Konstruksi

dimungkinkan bila orang yang bersangkutan melakukan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

9

interaksi aktif dengan objek, fenomena, pengalaman, atau lingkungan sekitarnya (Yamin, 2008). Menurut pandangan konstruktivisme, siswa adalah pencipta gagasan sedangkan guru adalah mediator yang kreatif dalam proses pembelajaran (Berg dalam Sadia & Suma, 2006) juga menjelaskan bahwa implikasi dari paradigma konstruktivistisme adalah meningkatkan peran guru dalam proses pembelajaran dimana guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Sebagai mediator, guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu

para

peserta

didik

memformulasikan

pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu

masalah,

mengembangkan pembelajaran, informasi

baru

memandu sikap pemusatan dengan

para

positif

peserta terhadap

perhatian, pengetahuan

didik proses

mengaitkan awal,

dan

menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan peserta didik, dan pemodelan proses berpikir. Dengan demikian, implikasi pandangan konstruktivisme terhadap proses belajar mengajar adalah mengajar bukan lagi kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

10

melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun

sendiri

pengetahuannya.

Guru

perlu

menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dalam hal ini, guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa. Tugas guru adalah membantu agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasi nyata maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi siswa. Menurut Widodo (2007), terdapat lima prinsip dalam teori belajar konstruktivisme, yaitu (1) siswa telah memiliki pengetahuan awal, (2) belajar merupakan proses

pengkonstruksian

pengetahuan

berdasarkan

pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (3) belajar adalah perubahan

konsepsi

pengkonstruksian

peserta

pengetahuan

didik,

(4)

proses

berlangsung

dalam

konteks tertentu, dan (5) peserta didik bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Dengan demikian, dapat

disimpulkan

bahwa

konstruktivisme

dalam

kegiatan pembelajaran menjadi sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Bagi konstruktivisme, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

11

kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari

sendiri

arti

yang

mereka

pelajari

dan

bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Setiap siswa memiliki cara tersendiri untuk mengkonstruksikan pengetahuannya yang tentunya sangat berbeda dengan yang lain. Siswa akan difasilitasi oleh guru dalam usahanya untuk membangun pengetahuannya. Guru tidak mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi hanya menyediakan kondisi atau iklim belajar yang memungkinkan

bagi

pengetahuannya

siswa

sendiri.

untuk Dengan

membangun membangun

pengetahuan secara mandiri, maka siswa akan benarbenar mengalami proses belajar dan dapat mencapai tingkat

pemahaman

dan

kemampuan

pemecahan

masalah yang tinggi.

Prinsip-Prinsip Dasar Kontruktivistik Menurut Wheatly (dalam Sadia, 2014) ada dua prinsip pokok kontruktivise, yaitu pertama, pengetahuan tidak diterima secara pasif, tetapi dibangun secara aktif Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

12

oleh pebelajar, artinya ilmu yang diajarkan oleh pendidik tidak serta merta dapat ditransfer ke pebelajar, melainkan pebelajar itu sendiri yang membangun makna terhadap masukan sensori yang diterima dalam lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan pemaknaan setiap anak akan inforasi yang disajikan guru sangat mungkin berbeda-beda satu sama lainnya. Makna yang dibangun sangat bergantung pada struktur kognitif masing-masing individu pebelajar dan sifat personalnya. Kedua, fungsi kognitif adalah melayani dunia pengalaman, bukan menentukan realita ontologi. Dalam sudut pandang kontrutivistik, konsep kebenaran dilihat dari masuk akal atau tidaknya. Selain Wheatly, Fosnot (dalam Sadia, 2014) juga mengungkapkan

idenya

mengenai

prinsip

dasar

kontrutivisme yang jumlahnya ada empat, yaitu pertama, pengetahuan terdiri dari kontruksi pengalaman masa silam. Seseorang akan embangun pengetahuannya tentang dunia objek dengan jalan emandangnya elalui struktur

kognitif

yang

mengtransformasi,

mengorganisasi, dan engintepretasi pengalaman masa silam. Kedua, bahwa pengetahuan itu dibangun atas Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

13

adanya proses asimilasi dan/atau akomodasi dala diri individu. Ketiga, belajar lebih merupakan sebuah proses organik dari penemuan daripada proses mekanik yang bersifat akumulatif. Keempat, proses pembelajaran menurut pandangan kontruktivisme mengacu pada mekanisme

yang

memungkinkan

terjadinya

perkembangan struktur kognitif.

Hakikat dan Mekanisme Belajar Menurut Kontruktivisme Belajar dala pandangan kontruktivise bukanlah suatu proses penambahan informasi secara sederhana, akan tetapi belajar dalam pandangan kontruktivisme melibatkan pengetahuan awal dalam interaksinya dengan informasi baru yang merupakan pengetahuan baru yang diterimanya.

Interaksi

ini

memungkinkan

terjadi

penolakkan terhadap beberapa konsepsi siswa. Adapun mekanisme dalam pikiran seseorang yang sedang mengalami proses belajar adalah sebagai berikut.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

14

PROSES PENGKONTRUKSIAN PENGETAHUAN 1. Otak mengatur dan mengarahkan

2.

Otak menentukan data sensori mana yang

3.

Masukan sensori belum mempunyai makna

4.

Pebelajar membangun hubungan dengan isi otak (memori)

5.

Hubungan yang dibangun digunakan untuk memberi makna terhadap data sensori

6.

Terkadang, makna yang dibangun diuji terhadap isi otak

7.

Makna yang dibangun oleh pebelajar disimpan dalam otak dengan proses asimilasi atau

Gambar 1. Proses Pengkontruksian Pengetahuan (Sumber: Sadia, 2014) Pertama, pebelajar secara aktif memilih dan mengamati

dengan

engarahkan

indra

pada

yang

diinginkannya. Kedua, masukan sensori yang dipilih tidak

langsung

bermakna.

Ketiga,

makna-makna

terhadap masukan sensori yang telah dibangunnya dan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

15

dirasakan

bertentangan

dengan

pengalaman

dan

memorinya mungkin akan diujinya. Dalam proses ini, akan terjadi asimilasi dan/atau akomodasi.

Model Pebelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif Kooperatif adalah suatu gambaran kerja sama antara individu satu dengan lainnya dalam suatu ikatan tertentu. Ikatan-ikatan tersebut yang menyebabkan antara satu dengan yang lainnya merasa berbeda dalam suatu tempat dengan tujuan-tujuan yang secara bersama-sama diharapkan oleh setiap orang yang berada dalam ikatan tersebut. Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Metode mempunyai

pembelajaran manfaat-manfaat

kooperatif yang

positif

learning apabila

diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

16

untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan

walaupun

orang

Indonesia

sangat

membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme, dimana memandang pebelajar sebagai suatu sistem yang dapat membangun pengetahuannya dengan mengasimilasi atau akomodasi informasi baru dari lingkungannya. Model pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok, akan tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat efektif diantara anggota kelompok (Taniredja, dkk, 2011).

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

17

Menurut Arends (1997), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi pelajaran, 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3) jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, 4) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu. Menurut Isjoni (dalam Davidson dan Warsham, 2011)

Pembelajaran

kooperatif

adalah

model

pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan

pendekatan

pembelajaran

yang

berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Menurut Slavin (2008), pembelajaran

kooperatif

merupakan

metode

pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang

memiliki

kemampuan

heterogen.

Model

pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinterasi dan belajar Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

18

bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi sebagai siswa ataupun sebagai guru, dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama,

maka

siswa

akan

mengembangkan

keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah (Trianto, 2007). Menurut Lie (2008), bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Ada

unsur-unsur

dasar

pembelajaran

kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran siswa dengan bekerjasama atau kelompok dengan kemampuan heterogen.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

19

Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Lie (dalam Sadia, 2014) ada lima ciri utama dari model pembelajaran kooperatif, diantaranya sebagai berikut. 1. Saling bergantung secara positif. Dengan model ini, peserta didik akan mengoptimalkan seluruh

anggota

kelompoknya

melalui

koordinasi yang benar untuk encapai tujuan kelompok. 2. Tanggungjawab perorangan. Setiap anggota kelompok harus berusaha semaksimal mungkin tetap utuh dala satu ikatan kelompok. 3. Tatap

muka.

Tiap

anggota

kelompok

bekerjasama saling bertemu dan berdiskusi untuk menghasilkan prestasi akademik yang terbaik. 4. Komunikasi antar kelompok. Setiap kelompok diajarkan keterampilan sosial untuk digunakan dalam mengoordinasikan upaya mereka secara bersama-sama.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

20

5. Evaluasi proses kelompok. Setiap kelompok diwajibkan melakukan evaluasi diri tentang keberhasilan belajar mereka.

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif terdiri dari enam tahap yang di mulai dari guru menyampaikan tujuan dan memotivasi

siswa,diikuti

oleh

tahap

menyajikan

informasi mengorganisasikan siswa kedalam kelompokkelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi terakhir memberikan penghargaan. Berikut keenam tahapan dari model pembelajaran kooperatif. Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif No

Fase-fase

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1

Menyampaikan Guru

Siswa

tujuan

berusaha

dan menyampaiakan

motivasi siswa

tujuan

untuk

pembelajaran yang mencapai hendak dicapai dan tujuan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

21

memotivasi siswa

pembelajara n

2

Menyajikan

Guru

Siswa

informasi

menyampaikan

menyimak

informasi

kepada informasi

siswa dengan jalan dari guru demonstrasi

atau

lewat bahan bacaan 3

Meng-

Guru menjelaskan Siswa

organisasikan

kepada

siswa membentuk

siswa kedalam bagaimana

cara kelompok

kelompok-

membentuk

kelompok

kelompok

belajar

dan

membantu

setiap

kelompok

agar

belajar belajar

melakukan

trasisi

secara

efisien 4

Membimbing

Guru membimbing Siswa

kelompok

kelompokkelompok melakukan

bekerja

dan belajar pada saat diskusi

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

22

belajar

mereka

dalam

mengerjakan tugas pengerjaan mereka

tugas bersama kelompok belajar

5

Evaluasi

Guru mengevaluasi Siswa hasil

belajar mengerjaka

tentang materi yang n

soalsoal

telah dipelajari atau dan masing-masing

mempresent

kelompok

asikan hasil

mempresentasikan

diskusi

hasil kerjanya 6

Memberikan

Guru mencari cara- Siswa

penghargaan

cara

untuk mendapat

menghargai upaya nilai maupun belajar

dan

hasil penghargaan individu bagi

atau kelompok

siswa

yang berprestasi

(Sumber: Ibrahim, dkk. (2000)) Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

23

Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Think, Talk, and Write (TTW) TTW

merupakan

model

pembelajaran

yang

dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin (2000). Think Talk Write didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Model pembelajaran Think Talk Write mendorong siswa untuk berfikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Model pembelajaran Think Talk Write digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. (Densereau, 1985).

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

24

Komponen Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif-TTW Dalam TTW terdapat beberapa komponen penting yang cukup berperan dalam memperlancar jalannya strategi think talk write pada pembelajaran yaitu: 1. Guru yang berkompeten dan profesional. 2. Anak

didik

yang

aktif

dalam

proses

pembelajaran. 3. Buku bacaan yang sesuai dengan topik materi yang diajarkan dengan jumlah yang banyak dan bervariasi. 4. Beberapa teknik pembelajaran yang mempunyai peranan cukup penting dalam terlaksananya strategi think talk write dalam pembelajaran, agar dapat tercapai tujuan yang telah ditentukan.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

25

Peranan dan Tugas Guru dalam Usaha Mengefektifkan TTW Peranan mengefektifkan

dan

tugas

penggunaan

guru

dalam

strategi

TTW

usaha ini,

sebagaimana yang di kemukakan Silver dan Smith (dalam Yamin, 2008) adalah: 1. Mengajukan

pertanyaan

dan

tugas

yang

mendatangkan keterlibatan, menantang setiap siswa berpikir. 2. Mendengar secara hati-hati ide siswa. 3. Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan. 4. Memutuskan apa yang di gali dan di bawa siswa dalam diskusi. 5. Memutuskan

kapan

mengklarifikasi menggunakan

memberi

informasi,

persoalan-persoalan, model,

membimbing

dan

membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan. 6. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

26

bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif TTW Setiap

model

pembelajaran

pasti

memliki

kelemahan dan kelebihannya masing-masing sesuati dengan

karakteristiknya.

Berikut

kelebihan

dan

kekurangan model pembelajaran Kooperatif Tipe TTW. A. Kelebihan 1. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar. 2. Dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. 3. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. 4. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan dengan diri mereka sendiri. Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

27

B. Kelemahan 1. terkecuali kalau soal open ended tersebut dapat memotivasi, siswa di mungkinkan bekerja sibuk. 2. Ketika siswa bekerja dalam kelompok itu mudah

kehilangan

kemampuan

dan

kepercayaan, karena di dominasi oleh siswa yang mampu. Hal ini dapat diantisipasi dengan pembentukan kelompok yang heterogen, baik dalam hal kognitif, maupun yang lainnya. 3. Guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi think talk write tidak mengalami kesulitan. Hal ini diantiipasi dengan komitmen guru untuk menerapkan model ini dalam pembelajaran

demi

tercapainya

tujuan

pembelajaran.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

28

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif-TTW Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Menurut Yamin, 2008, model pembelajaran kooperatif tipe TTW melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran biologi, yaitu: 1. Think (Berpikir) Dalam

tahap

ini

siswa

secara

individu

memikirkan kemungkinan jawaban atau strategi penyelesaian, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Pada tahap ini siswa akan membaca sejumlah masalah yang diberikan pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS), kemudian

setelah

membaca

siswa

akan

menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai masalah tersebut (membuat catatan individu). 2. Talk (Berbicara atau Berdiskusi) Pada tahap talk siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

29

dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada tahap talk

memungkinkan

siswa

untuk

terampil

berbicara. Pada tahap ini siswa akan berlatih melakukan komunikasi biologis dengan anggota kelompoknya secara lisan. 3. Write (Menulis) Aktivitas menulis siswa pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan

termasuk

perhitungan,

mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya. Teori belajar yang mendasari pembelajaran dengan teknik Think-Talk-Write (TTW) antara lain adalah teori belajar penemuan (discovery) dan konstruktivisme. Teori belajar discovery menegaskan bahwa siswa belajar bukan untuk memperoleh kumpulan pengetahuan belaka, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

30

tetapi

dengan

adanya

belajar

siswa

memperoleh

kesempatan untuk berpikir dan berpartisipasi dalam memperoleh

pengetahuan.

Artinya,

pembelajaran

discovery lebih menekankan proses daripada produk. Selain discovery, teori belajar lain yang mendasari pembelajaran

dengan

teknik

TTW

adalah

konstruktivisme dengan ide utamanya adalah sebagai berikut. 1.) Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi (final),

tetapi

pengetahuannya dengan

siswa sendiri

membentuk

melalui

lingkungannya,

melalui

interaksi proses

asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru ke dalam pikiran. Akomodasi

adalah

penyusunan

kembali

(modifikasi) struktur kognitif karena adanya informasi

baru,

sehingga

informasi

itu

mempunyai tempat. 2.) Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi merupakan

suatu

keseimbangan

antara

asimilasi dan akomodasi. Andaikan dengan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

31

proses

asimilasi

seseorang

tidak

dapat

melakukan adaptasi terhadap lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan (disequlibrium). 3.) Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus

menerus

tentang

keadaan

ketidakseimbangan dan keadaan seimbang (disequlibrium-equilibrium). Akan tetapi, bila tidak terjadi kembali keseimbangan, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Menurut pandangan tersebut, teori konstruktivisme dapat dikatakan berkenaan dengan bagaimana anak memperoleh pengetahuan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pola intelektual untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui asimilasi. Bila seorang siswa tidak memiliki pengetahuan memadai untuk menanggapi suatu situasi yang datang dari lingkungannya, maka ia harus mengubah intelektualnya, sehingga melakukan akomodasi terhadap lingkungannya. Apabila

siswa

sudah

mampu

menyatukan

atau

mengintegrasikan antara pengetahuan yang ada pada dirinya atau pengalamannya dengan pengetahuan yang Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

32

timbul

dari

lingkungannya

(keseimbangan

antara

asimilasi dan adaptasi), maka dapat dikatakan siswa telah mengadakan adaptasi. Dengan demikian, ciri-ciri pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan discovery sangat sesuai dengan teknik Think-Talk-Write, sehingga peranan guru dalam teknik ini sebagai simulation of learning benarbenar dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.

Sistem Sosial Sistem sosial dari model pembelajaran ini, ditandai dengan guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas, tetapi dapat juga menjadi diskusi aktif oleh siswa. Dalam setiap fase, interaksi peserta didik diarahkan secara intensif oleh guru. Dalam pengorganisasian kegiatan pembelajaran

ini

diharapkan

peserta

didik

akan

berinisiatif untuk melakukan proses induktif bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri pada setiap proses pembelajaran. Dalam unsur sintem sosial ini ditekankan pola interaksi kedekatan guru sebagai teman belajar siswa, peran guru sebagai Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

33

transmiter pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, latihan menjalani “learning to be” yakni untuk membentuk peserta didik “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.

Prinsip Reaksi Reaksi pendidik dalam setiap tahap adalah dalam membantu pebelajar dalam mengungkapkan ide-idenya dan melakukan diskusi atau interaksi sosial dalam diskusi kelompok. Hal tersebut dapat ditampilkan secara lisan dan tertulis melalui pertanyaan-pertanyaan resitasi dan konstruksi. Pertanyaan resitasi bertujuan memberi peluang kepada siswa memanggil pengetahuan yang telah dimiliki dan pertanyaan konstruksi bertujuan memfasilitasi, menegosiasi, dan mengkonfrontasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru. Pendidik harus dapat memimpin diskusi sehingga diskusi berlangsung seperti dalam suasana ilmuwan mengkomunikasikan konsepsi mereka tentang sesuatu yang dibicarakan.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

34

Dalam hendaknya

proses

kegiatan

berdasarkan

pembelajaran

pada

ini,

prinsip-prinsip

pengelolaan, yaitu sebagai berikut.

1. Berikan dukungan dengan menitik beratkan pada sifat konsep dari diskusi-diskusi yang berlangsung. 2. Berikan bantuan kepada peserta didik dalam mempertimbangkan sifat-sifat dan tipe dari konsep yang dipelajarinya. 3. Pusatkan

perhatian

para

peserta

didik

terhadap contoh-contoh konsepnya yang lebih spesifik 4. Bantulah peserta didik dalam mendiskusikan dan menilai strategi berfikir yang mereka gunakan dalam pembelajaran.

Sistem Pendukung Sistem pendukung dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe TTW ini berupa sarana pendukung yang diperlukan berupa bahan-bahan dan data yang terpilih

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

35

serta terorganisasi dalam bentuk unit-unit yang memiliki fungsi memberikan contoh-contoh dan menjelaskan konsep. Bila para peserta didik sudah dapat berfikir kompleks, mereka akan dapat bertukar pikiran dan bekerja sama dalam membuat unit-unit data atau memberikan contoh-contoh lainnya. Adapun

himpunan

material

yang dapat

mengundang keingintahuan, misalnya isi kurikulum yang dapat

dijabarkan dalam bentuk masalah atau

permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan pembelajar yang masih relevan dengan isi kurikulum. Pendidik hendaknya adalah orang yang memahami proses dan strategi konstruktivis. Selain itu, material sumber yang dapat dipakai memecahkan permasalahan adalah materi yang dapat disediakan dalam lingkungan sekolah atau lingkungan lokal.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

36

Dampak Intruksional dan Pengiring Dampak instruksional ini sudah ditetapkan terlebih dulu dalam tujuan pengajaran. Jadi dampak instruksional merupakan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun model kognitif konflik akan berdampak

instruksional,

yakni

mencapai

tujuan

pemahaman pada hakikat konsep dan interaksi sosial. Sedangkan dalam pembelajaran tersebut akan dicapai juga dampak pengiring yang harus diupayakan muncul dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar atau dapat pula ditulis dalam tujuan pengajaran, yakni peserta didik akan peka terhadap penalaran secara logis dalam komunikasinya sehari-hari.

Simpulan dan Saran A. Simpulan Model Pembelajaran Kooperatif ada beberapa tipe, salah satunya adalah tipe Think-Talk-Write (TTW). Model Pembelajaran Kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

37

pemahaman konsep siswa. Model ini, sejalan dengan prinsip Kontruktivisme dan discovery learning. Model ini memiliki 3 tahapan utama, yakni Think

(Bepikir),

Talk

(Berbicara),

dan

Write

(Mencatat). Dalam model ini, pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered), sehingga siswa benarbenar dapat memahami konsep. Selain itu, model ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu siswa dapat lebih aktif dalam belajar dan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Sedangkan kelemahannya adalah siswa dapat kehiangan kepercayaan diri dalam lingkungan kelompok yang lebih pintar dari dirinya. Hal ini dapat diantisipasi dengan pembentukan kelompok yang heterogen utamanya di aspek kognitifnya. B. Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah bagi pendidik yang ingin menerapkan model pembelajaran memahami

kooperatif sintaknya

TTW terlebih

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

ini

hendaknya

dahulu

serta

38

mengetahui kelemahan dan kelebihannya untuk dapat mengantisipasi permasalahan berikutnya. Selain itu, penerapan model ini sebaiknya memperhatikan kemampuan

kesesuaian kognitif

dengan

peserta

materi

didik

dan

karena

sesungguhnya tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok di semua materi dan semua kondisi kognitif peserta didik.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

39

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran

: Fisika

Kelas/Semester

: XI MIA/Satu

Tahun Pelajaran

: 2016/2017

Materi Pokok

: Usaha dan Energi

Sub Materi

: Konsep Usaha

Alokasi Waktu

: 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, desiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

40

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

41

B. Kompetensi Pembelajaran

Dasar,

Indikator,

Tujuan

Kompentensi Tujuan Indikator Dasar Pembelajaran Spiritual 1.1.Menyadari 1.1.1. Menunjukkan 1. Melalui kebesaran kekaguman kegiatan Tuhan yang akan pembelajaran, menciptakan kebesaran siswa mampu dan mengatur Tuhan yang berdoa alam jagad menciptakan sebelum dan raya melalui alam semesta sesudah pengamatan beserta isinya. pembelajaran. fenomena 2. Melalui alam fisis dan kegiatan pengukurann pembelajaran, ya. siswa mampu menyampaika n salam sebelum dan sesudah pembelajaran. Sosial 2.1. Menunjukka 2.1.1. Menunjukkan 1. Melalui n perilaku sikap rasa demonstrasi, ilmiah ingin tahu studi pustaka, (memiliki dan kritis dan diskusi rasa ingin dalam kelompok, tahu; mengumpulk siswa mampu objektif; an dan menunjukkan jujur; teliti; menganalisis sikap rasa cermat; informasi ingin tahu tekun; hatitentang dan kritis Aspek

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

42

hati; konsep usaha. dalam bertanggung mengumpulk jawab; an dan terbuka; menganalisis kritis; informasi kreatif; tentang inovatif dan konsep peduli usaha. lingkungan) 2.1.2. Menunjukkan 1. Melalui dalam sikap demonstrasi, aktivitas bekerjasama diskusi sehari-hari dan kelompok, sebagai bertanggungdan wujud jawab dalam presentasi implementasi melakukan kelompok, sikap dalam diskusi dan siswa mampu melakukan presentasi menunjukkan percobaan, kelompok. sikap melaporkan, bekerjasama dan dan berdiskusi. bertanggungj awab Penge- 3.1. Menganalisis 3.1.1. Menyebutkan 1. Melalui tahuan konsep definisi usaha demonstrasi, energi, menurut ilmu studi usaha, fisika pustaka, dan hubungan diskusi usaha dan kelompok, perubahan siswa energi, dan mampu hukum menyebutkan kekekalan definisi Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

43

energi untuk menyelesaika n permasalaha 3.1.2. Menganalisis n gerak syarat khusus dalam terjadinya kejadian usaha. sehari- hari

3.1.3. Menganalisis hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

usaha menurut ilmu fisika. 1. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan diskusi kelompok, siswa mampu menyebutkan syarat khusus terjadinya usaha. 1. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan diskusi kelompok, siswa mampu menghitung salah satu besaran fisika dalam rumus hubungan gaya dan perpindahan 44

terhadap besar usaha. 2. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan diskusi kelompok, siswa mampu menginterpre tasi dan menghitung besar usaha dari grafik hubungan gaya dan perpindahan. 3.1.4. Menyebutkan 1. Melalui studi contoh pustaka dan aktivitas yang diskusi termasuk kelompok, usaha dan siswa bukan usaha mampu menurut menyebutkan fisika, dalam contoh usaha kehidupan dan bukan sehari- hari. usaha menurut fisika, dalam kehidupan sehari-hari. Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

45

Keter ampil an

2. Melalui studi pustaka dan diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan apakah suatu aktivitas termasuk usaha atau bukan usaha, menurut fisika. 4.1. Memecahkan 4.1.1. Mengumpulk 1. Melalui masalah an dan demonstrasi, dengan menganalisis studi menggunaka data dari pustaka, dan n metode demonstrasi diskusi ilmiah terkait kelompok, dengan siswa konsep gaya, mampu dan menyimpulk kekekalan an hubungan energi. gaya dan perpindahan terhadap besar usaha. 2. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

46

diskusi kelompok, siswa mampu menyimpulk an kapan usaha bernilai positif, bernilai negatif, dan bernilai nol. 4.1.2. Mempresenta sikan hasil analisis data dari simulasi virtual tentang usaha

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

1. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan diskusi kelompok, siswa mampu menyajikan hasil analisis data tentang hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha dalam bentuk grafik serta 47

mempresenta sikann ya di depan kelas. C. Materi Indikator Menyebutkan definisi usaha menurut ilmu fisika. Menganalisis syarat khusus terjadinya usaha.

Materi Pembelajaran Usaha didefinisikan sebagai hasil kali gaya dan perpindahan. Gaya dikatakan melakukan usaha pada benda, jika gaya tersebut menyebabkan benda mengalami perpindahan. Disamping itu, gaya tersebut harus memiliki komponen yang searah dengan arah perpindahan.

Menganalisis hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha.

a. Usaha yang diberikan pada benda sebanding Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

48

dengan perpindahan benda dan komponen gaya yang searah dengan perpindahan benda tersebut. b. Jika komponen gaya yang pararel dengan perpindahan searah dengan arah perpindahan, maka usaha yang dilakukan bernilai positif. c. Jika komponen gaya yang pararel dengan perpindahan memiliki arah yang berlawanan dengan arah perpindahan, maka usaha yang dilakukan bernilai negatif. d. Jika gaya yang diberikan tidak memiliki komponen yang pararel dengan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

49

Menyebutkan contoh aktivitas yang termasuk usaha dan bukan usaha menurut fisika, dalam kehidupan seharihari.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

perpindahan, maka usaha yang dilakukan bernilai nol. a. Contoh altivitas yang termasuk usaha adalah seseorang yang mendorong atau menarik meja sehingga meja mengalami perpindahan yang searah dengan dorongan atau tarikan. b. Contoh aktivitas yang tidak termasuk usaha adalah: (1) seseorang mendorong tembok hingga kelelahan, namun tembok tidak berpindah (hal ini karena tidak terjadi perpindahan tembok) dan (2) seseorang menjinjing ember yang penuh berisi 50

air dan berpindah posisi secara horizontal (hal ini karena arah gaya yang diberikan tegak lurus terhadap arah perpindahan ember). D. Pendekatan, Model, Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Saintifik 2. Model Pembelajaran : Kooperatif Think-TalkWrite (TTW) 3. Metode : Demonstrasi, observasi, studi pustaka, diskusi, dan presentasi E. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media : Lembar Kerja Siswa (LKS), Power Point 2. Alat dan Bahan a. Alat : 2 buah neraca pegas b. Bahan : 1 buah balok kayu 3. Sumber Belajar : a. Kanginan, M. 2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. b. Siswanto & Sukardi. 2009. Kompetensi Fisika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

51

c. Tim MIPA. LKS Kreatif Fisika SMA/MA Kelas XI Semester Gasal. Jawa Tengah: Viva Pakarindo. F. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan

Sintaks Model TTW 1.

2. Pendahul uan

Kompetensi yang Alokasi dikembang Waktu kan Guru memberi Karakter: salam, Rasa ingin melaksanakan tahu presesnsi dan mengawali pembelajaran dengan bermasalah bersama Guru menyampaikan 10 tujuan menit pembelajaran Guru memberikan apersepsi: a. Seseorang mendorong tembok hingga kelelahan, namun tembok Deskripsi Kegiatan

Mengamati dan Mempertanyakan

3.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

52

4.

tidak berpindah. Dalam fisika orang tersebut dikatakan tidak melakukan usaha. Mengapa? b. Seseorang menjinjing ember yang penuh berisi air sejauh 100 meter. Dalam fisika orang tersebut dikatakan tidak melakukan usaha. Mengapa? Guru kembali mengingatkan siswa tentang materi pembelajaran

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

53

5.

Mengamati

6.

7. Kegiatan Inti

Tahap 8. Think: Mengeks plorasi 9.

yang terkait, yaitu tentang gaya dan perpindahan. Guru menyampaikan sedikit materi tentang pengertian tentang gaya dan perpindahan. Guru membagi kelompok yang anggotanya 4-8 orang. Guru memberikan beberapa contoh soal tentang usaha. Setiap kelompok diberi soal latihan. Siswa diberi sedikit waktu untuk membaca soal yang dibagikan dan menemukan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

15 menit

Karakter: Rasa ingin tahu, tekun, kerja keras, dan tanggungj awab

20 menit

54

solusi dan permasalahan lain secara individu. Tahap 10. Guru membimbing Talk: Mengeks seluruh plorasi anggota kelompok agar mendiskusikan permasalahan yang diberikan beserta ide-ide hasil pemikiran individu. 11. Guru meminta salah satu perwakilan dari masingmasing kelompok untuk mempresentasi kan hasil diskusi dalam kelompoknya di depan kelas. 12. Guru membimbing jalannya diskusi antar Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Karakter: Terbuka, dapat menerima pendapat orang lain , rasa ingin tahu, kritis, tekun, kerjasama, dan tanggungj awab

60 menit

55

Tahap Write:

13.

Mengasosia sikan dan Mengomuni kasikan

14.

15.

16.

17.

kelompok. Guru meminta salah seorang siswa menyimpulkan hasil diskusi antar kelompok. Guru meluruskan dan menegaskan kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari. Guru memberikan sedikit waktu bagi siswa untuk mencatat dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti Guru memberikan kuis (terlampir ) kepada siswa Guru

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Karakter: kristis, ingin tahu, tekun

15 menit

56

18.

19.

Penutup

20.

21.

memberikan kesempatan salah seorang siswa untuk mengerjakann ya di depan kelas Guru mengadakan evaluasi hasil diskusi kelompok siswa. Guru menyampaikan bahwa di pertemuan selanjutnya akan dilanjutkan dengan materi konsep energi. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa dengan hasil diskusi yang paling baik. Guru

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

15 menit

57

memotivasi kelompok lain agar belajar lebih giat lagi. 22. Guru memberikan PR (terlampir) kepada siswa. 23. Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberi salam penutup. 135 menit

Jumlah Waktu

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

58

G. Penilaian No Aspek Teknik Waktu 1 Sikap 1. Rasa ingin tahu 2. Kritis dalam mengeksplorasi dan mengasosiasi data 3. Bekerja sama dalam Saat kegiatan Observasi mengeksplorasi dan pembelajaran mengasosiasi data 4. Bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan 5. Mengagumi kebesaran Tuhan. 2 Pengetahuan 1. Menyebutkan definisi usaha menurut ilmu fisika. 2. Menyebutkan Tes lisan syarat khusus (KUIS), terjadinya usaha. Tes Saat kegiatan 3. Menghitung salah tertulis, dan PR satu besaran fisika dan dalam rumus penugasan hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha. 4. Menginterpretasi Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

59

dan menghitung besar usaha dari grafik hubungan gaya dan perpindahan. 5. Menyebutkan contoh aktivitas yang termasuk usaha dan bukan usaha menurut fisika, dalam kehidupan seharihari. 6. Menjelaskan apakah suatu aktivitas termasuk

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

60

DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Arends. 1997. “Pembelajaran Kooperatif”. Dalam http: //www.docstoc.com/docs/16101609/modelpembelajaran-kooperatif. diakses tanggal 1 Juni 2016. Dansereau.1985. “Model Pembelajaran Cooperative Tipe TTW”.

Dalam

http://www.worldpress.com/2009/11/04/modelpembelajaran-ttw. diakses 25 Mei 2016. Davidson dan Warsham. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Rineka Cipta. Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama Heller, et.al.1992. “Teaching Problem Solving Through Cooperative Grouping”. American Journal of Physics, 60, (7), 627-636. Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Daftar Pustaka

Huinker, D. & Laughlin, C. (2000). Talk Your Way Into Writing. Dalam Communication in Mathematics K-12 and Beyond, 2000 Year Book. The National Counsil of Teacher of Mathematics. Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:University Press. Sadia, I W. 2007. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based pembelajaran

learning) berorientasi

suatu

model

konstruktivisme.

Makalah. Disajikan dalam pelatihan pembelajaran inovatif bagi guru MIPA di lingkungan dinas pendidikan Kabupaten Karangasem tanggal 12 Juli 2007. Undiksha Singaraja. Sadia.

2008.

Model-model

Pembelajaran

Sains

Kontruktivistik. Singaraja: Graha Ilmu. Sadia, I W. & Suma, K. 2006. Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA di Kabupaten Buleleng Melalui Penerapan Model Pembelajaran ”Learning Cycle” dan ”Problem Based Learning” dalam Pelajaran Fisika. Laporan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Daftar Pustaka

Penelitian.

(tidak

diterbitkan).

IKIP

Negeri

Singarja. Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung: Nusa Media Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Suastra, I W. 2006. Pembelajaran sains (Fisika) berbasis budaya

lokal

sebagai

upaya

pengembangan

kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolah. Makalah. Disajikan pada Seminar dengan tema “meningkatkan

profesionalisme

guru

melalui

pembelajaran inovatif”, pada tanggal 4 Oktober 2006, dalam rangka hari jadi Jurusan Pendidikan Fisika Undiksha. Taniredja, T. and H. Mustafidah. 2011. Penelitian Kuantitatif

(Sebuah

Pengantar).

Bandung:

Alfabeta.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Daftar Pustaka

Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik: Konsep landasan teoritis-praktis

dan

implementasinya.

Jakarta:

Prestasi Pustaka. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media Group. Yamin,

M.

2008.

Paradigma

pendidikan

konstruktivisme. Jakarta: Gaung Persada Press (GP Press). Widodo, A. 2007. Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 64 (5), 91-103.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Daftar Pustaka

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) RUBRIK PENILAIAN KOGNITIF PENILAIAN KOGNITIF RUBRIK PENIALAIN SIKAP PENILAIAN SIKAP RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN PENILAIAN KETERAMPILAN KUIS RUBRIK PENILAIAN KUIS PENILAIAN KOGNITIF (KUIS) PELERJAAN RUMAH (PR) RUBRIK PENILAIAN PR PENILAIAN PR

Lampiran 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Mata Pelajaran

: Fisika

Kelas/Semester

: XI MIA/Satu

Tahun Pelajaran

: 2016/2017

Materi Pokok

: Usaha dan Energi

Sub Materi

: Konsep Usaha

Alokasi Waktu

: 3 x 45 menit

PETUNJUK 1. Guru melakukan demonstrasi tentang usaha untuk percobaan 1 dan percobaan 2 (15 menit). 2. Semua siswa mengamati jalannya demonstrasi. 3. Ketua kelompok mencatat data hasil demonstrasi (percobaan 1 dan percobaan 2) pada 4. LKS (dilakukan saat demonstrasi berlangsung). 5. Setiap siswa mengerjakan soal LKS dalam kertas double folio/kertas buku catatan dengan mencantumkan nama, nomor absen, dan kelas di pojok kiri atas kertas tersebut. Skor yang diperoleh merupakan nilai keterampilan siswa tersebut (30 menit). 6. Terakhir, siswa yang bisa membahas soal LKS di depan kelas akan memperoleh nilai lisan sesuai dengan yang tercantum pada soal (30 menit).

Anggota Kelompok: 1. ………………………………………………………… …………………………………..... 2. ………………………………………………………… …………………………………..... 3. ………………………………………………………… …………………………………..... 4. ………………………………………………………… …………………………………..... 5. ………………………………………………………… …………………………………..... 6. ………………………………………………………… ………………………………….....

DISAIN DEMONSTRASI PERCOBAAN

Analisis Data

No

Gaya (F)

Sudut Perpindahan (s) ( )

Usaha (W)

00 600 1

5N

900

60 cm (0,6 m) ke kanan

1200 1800

2

SOAL UNTUK PERCOBAAN 1 1. Apa tujuan percobaan 1? (1 tujuan, skor 10) 2. Bagaimana hubungan terhadap besar usaha (W)? Mengapa? (skor 20) 3. Berapa sudut yang diperlukan agar usaha bernilai maksimum? Mengapa? (skor 20)

4. Berapa sudut yang diperlukan agar usaha bernilai nol? Mengapa? (skor 20) 5. Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai positif? Mengapa? (skor 20) 6. Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai nol? Mengapa? (skor 20) 7. Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai negatif? Mengapa? (skor 20) 8. Berdasarkan percobaan 1, apakah yang dimaksud usaha dalam ilmu fisika? (skor 10) 9. Berdasarkan percobaan 1, apa syarat agar usaha memiliki nilai? (1 syarat, skor 10) SOAL UNTUK PERCOBAAN 2 1. Apa tujuan percobaan 2? (1 tujuan, skor 10) 2. Berapakah usaha total yang dilakukan dari awal sampai akhir? (skor 50) 3. Buatlah grafik hubungan terhadap perpindahan (s)! (skor 70) 4. Hitunglah luas daerah di bawah grafik tersebut! (skor 50) 5. Bandingkan jawaban soal nomor 2 dengan jawaban soal nomor 4? Sama atau berbeda? 6. Apa kesimpulannya? (skor 30)

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Kognitif RUBRIK PENILAIAN KOGNITIF NO SOAL 1 Apa tujuan percobaan 1?

2

SOLUSI 1. Mendeskripsikan hubungan terhadap besar usaha (W). 2. Mendeskripsikan sudut yang diperlukan agar usaha bernilai maksimum. 3. Mendeskripsikan sudut yang diperlukan agar usaha bernilai nol. 4. Mendeskripsikan kapan usaha bernilai positif. 5. Mendeskripsikan kapan usaha bernilai nol. 6. Mendeskripsikan kapan usaha bernilai negatif. 7. Mendefinisikan usaha dalam ilmu fisika.

SKOR 70

Bagaimana Sebanding. Semakin besar nilai, 20 hubungan maka W juga akan semakin besar. terhadap besar Begitu juga sebaliknya. usaha (W)? Mengapa?

3

4

Berapa sudut yang diperlukan agar usaha bernilai maksimum? Mengapa? Berapa sudut yang diperlukan agar usaha bernilai nol? Mengapa?

Agar nilai W maksimum, maka nilai harus maksimum. Ini terjadi ketika

Agar nilai W nol, maka nilai harus nol. Ini terjadi ketika

20

20

5

Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai positif?

Jika gaya yang diberika memiliki 20 komponen yang searah dengan arah perpindahan.

6

Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai nol? Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai negatif?

Jika gaya yang diberikan tidak memiliki komponen yang searah dengan arah perpindahan.

20

Jika gaya yang diberikan memiliki komponen yang berlawanan arah dengan arah perpindahan.

20

7

8

Berdasarkan percobaan 1, apakah yang dimaksud usaha dalam ilmu fisika?

Usaha dalam ilmu fisika didefinisikan sebagai hasil gaya dengan perpindahan. Dimana gaya tersebut harus pararel dengan arah perpindahan.

9

Berdasarkan percobaan 1, apa syarat agar usaha memiliki nilai?

Gaya dikatakan melakukan usaha 20 pada benda, jika gaya tersebut menyebabkan benda mengalami perpindahan. Disamping itu, gaya tersebut harus memiliki komponen yang searah dengan arah perpindahan.

10 Apa tujuan percobaan 2?

1. Menghitung usaha oleh suatu gaya. 2. Menghitung usaha total yang dilakukan oleh beberapa gaya. 3. Menggambar grafik hubungan gaya dan perpindahan. 4. Menghitung besar usaha dari grafik hubungan gaya dan perpindahan. 5. Mendeskripsikan bahwa usaha sama dengan luas daerah di bawah grafik hubungan gaya dan perpindahan

10

50

11 Berapakah usaha total yang dilakukan dari awal sampai akhir?

50

12 Buatlah grafik Tergantung data percobaan hubungan terhadap perpindahan (s)!

70

13 Hitunglah luas 50 daerah di bawah grafik tersebut! 14 Bandingkan Sama. Besar usaha sama dengan 30 jawaban soal luas daerah di bawah grafik nomor 2 hubungan gaya dan perpindahan. dengan jawaban soal nomor 4? Sama atau berbeda? Apa kesimpulanny a?

Lampiran 3. Penilaian Kognitif PENILAIAN KOGNITIF Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

NO

NAMA SISWA

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha TES LISAN/NOM Nilai OR SOAL

Lampiran 4. Rubrik Penilaian Sikap RUBRIK PENILAIAN SIKAP

Tanggung jawab

Bekerjasama

Rasa ingin tahu

Aspek

Skor Indikator 4 Selalu bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber. 3 Sering bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber. 2 Kadang-kadang bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber. 1 Tidak pernah bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber. 4 Selalu bekerjasama dengan teman kelompok. 3 Sering bekerjasama dengan teman kelompok. 2 Kadang-kadang bekerjasama dengan teman kelompok. 1 Tidak pernah bekerjasama dengan teman kelompok. 4 Selalu bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. 3 Sering bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. 2 Kadang-kadang bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. 1 Tidak pernah bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. 4 Selalu kritis dalam mengasosiasi/menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/ permasalahan.

Kritis

3

2

Kagum akan kebesaran Tuhan

1

4 3 2

1

Sering kritis dalam mengasosiasi/menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/permasalahan. Kadang-kadang kritis dalam mengasosiasi/ menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/ permasalahan. Tidak pernah kritis dalam mengasosiasi/ menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/ permasalahan. Selalu kagum akan kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta, khususnya fenomena alam yang berkaitan Sering kagum akan kebesaran Tuhan yang dengan gerak parabola. menciptakan alam semesta, khususnya fenomena alam yang berkaitan Kadang-kadang kagum akan kebesaran Tuhan dengan gerak parabola. yang menciptakan alam semesta, khususnya fenomena alam yang berkaitan dengan gerak parabola. Tidak pernah kagum akan kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta, khususnya fenomena alam yang berkaitan dengan gerak parabola.

Keterangan: 1. Skor maksimal = 4 x 5 = 20 2. Nilai = 3. Nilai keterampilan dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: SB = Sangat Baik B = Baik

= 80 – 100 = 70 – 79

C = Cukup = 60 - 6 K = Kurang = < 60

Lampiran 5. Penilaian Sikap PENILAIAN SIKAP (OBSERVASI)

SKOR UNTUK SIKAP

JML SKOR

NILAI

NAMA NO SISWA

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha

RIT Bkrjsm Tjwb Kritis Kagum

Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

PRED

Lampiran 6. Rubrik Penilaian Keterampilan RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN PRESENTASI

Konten

Visualisasi

Aspek Skor Indikator 4 Presentasi/bertanya/menanggapi dengan bahasa yang jelas dan lancar serta menggunakan gestur. 3 Presentasi/bertanya/menanggapi dengan bahasa yang jelas dan lancar tanpa menggunakan gestur. 2 Presentasi/bertanya/menanggapi dengan bahasa yang tidak jelas dan lancar serta menggunakan gestur. 1 Presentasi/bertanya/menanggapi dengan bahasa yang tidak jelas dan lancar serta tidak menggunakan gestur. 4 Tepat, jelas, dan lengkap 3 Tepat, jelas, dan tidak lengkap 2 Tepat, tidak jelas, dan tidak lengkap 1 Salah, tidak jelas, dan tidak lengkap Keterangan: 1. Skor maksimal = 2 x 4 = 8 2. Nilai = 3. Nilai keterampilan dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: SB = Sangat Baik B = Baik

= 80 – 10 = 70 – 79

C = Cukup = 60 - 69 K = Kurang = < 60

Lampiran 7. Penilaian Keterampilan PENILAIAN KETERAMPILAN (OBSERVASI)

NAMA NO SISWA

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha

Kinerja presentasi/bertanya/ JML menanggapi SKOR Visualisasi Konten

NILAI

Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

PRE

Lampiran 8. Kuis KUIS Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha

1. Tono menarik sebuah meja dengan kemiringan 370 terhadap arah horizontal seperti gambar di bawah. Jika gaya Tono sebesar 100 N berhasil memindahkan meja tersebut sejauh 5 meter, maka usaha yang dilakukan Tono adalah...

2. Besar usaha yang dilakukan oleh mesin lift untuk mengangkat lift dan 2 orang didalamnya dengan massa total 500 kg dari lantai bawah sampai ketinggian 200 meter adalah ...

Lampiran 9. Rubrik Penilaian Kuis

RUBRIK PENILAIAN KUIS No. Soal Solusi Tono menarik Tidak Mencoba Menjawab sebuah meja dengan Diketahui: kemiringan =370 0 37 terhadap F = 100 N arah Perpindahan terjadi pada horizontal sumbu x seperti S=5m gambar di Ditanya: bawah. Jika W = .... Joule gaya Tono 1 sebesar 100 N Penyelesaian: berhasil memindahkan meja tersebut sejauh 5 meter, maka Perpindahan terjadi pada usaha yang sumbu x, maka cari nilai F di dilakukan komponen x (Fx) Tono Fx = Fcos 370 adalah... W = Fx s W = Fcos 370 . 5

Skor 0

10

40

50

W = 100 (4/5) (5) W = 400 Joule usaha Tidak Mencoba Menjawab

2

Besar yang dilakukan oleh mesin lift untuk mengangkat lift dan 2 orang didalamnya dengan massa total 500 kg dari lantai bawah sampai ketinggian 200 meter adalah ... (g=10 m/s2)

Keterangan: Nilai = skor/20

Diketahui: g = 10 m/s2 m = 500 kg s = 200 m Ditanya: W=...... Joule Penyelesaian: F = mg F = 500 x 10 F = 5000 N W = Fs W = 5000 x 200 W = 1.000.000 Joule

0

10

90

Lampiran 10. Penilaian Kognitif (KUIS) NO

NAMA SISWA

KUIS LISAN/NOMOR SOAL

Nilai

Lampiran 11. Pekerjaan Rumah (PR) PEKERJAAN RUMAH (PR) Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha

1. Perhatikan gambar di bawah ini! Sopir mobil sedan ingin memarkir mobilnya tepat 0,5 m di depan mobil truk yang mula-mula berjarak 10 m dari kedudukan sedan. Berapa usaha yang dilakukan oleh mobil sedan tersebut?

2. Sebuah balok dengan massa 50 kg di atas lantai diangkat sampai ketinggian 8 m. Jika g = 10 m/s2, maka tentukan besarnya usaha yang dilakukan pada balok tersebut!

Lampiran 12. Rubrik Penilaian PR RUBRIK PENILAIAN PR No. Soal Solusi Perhatikan Tidak Mencoba gambar di bawah Menjawab ini! Sopir mobil sedan ingin Diketahui: memarkir mobilnya tepat F = 50 N 0,5 m di depan s = 10-0,5 = 9,5 m mobil truk yang Ditanya: mula-mula W = .... Joule berjarak 10 m dari W = F s kedudukan sedan. W = 50 x 9,5 Berapa usaha 1 yang dilakukan W = 475 Joule

Skor 0

10

oleh mobil sedan tersebut? 50

2

Sebuah balok Tidak Mencoba dengan massa 50 Menjawab

0

kg di atas lantai diangkat sampai ketinggian 8 m. Jika g = 10 m/s2, maka tentukan besarnya usaha yang dilakukan pada balok tersebut!

Keterangan: Nilai = Skor/20

Diketahui : m = 50 kg g = 10 m/s2 s=8m Ditanyakan : W = ...? Penyelesaian: F = mg F = 50 x 10 F = 500 N W = Fs W = 500 x 8 W = 4000 Joule

10

90

Lampiran 13. Penilaian PR PENILAIAN PR PR (NOMOR SOAL) NAMA NO SISWA

Nilai



Deskripsi

Model Pembelajaran KOOPERATIF-TTW Think-Talk-Write

Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa

I Kadek Wirawan 1413021011

Kritik dan Saran: [email protected] Copyright @ I Kadek Wirawan |©2016

KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Om Awignamastu, Puja dan puji syukur saya haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan buku ini yang berjudul “Model Pembelajaran KOOPERATIF-TTW. Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa”. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik tenaga, maupun pemikiran hingga dapat terselesaikannya buku ini. Tidak lupa pula, penulis haturkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. I Wayan Suastra, M. Pd. Sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Jurusan Pend. Fisika Undiksha. 2. I Putu Wina Yasa, S.Pd., M.Pd. sebagai asisten dosen Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Jurusan Pend. Fisika Undiksha. 3. Korti 4A, dan Affinity 4A atas koordinasi dan dukungan morilnya Penulis menyadari, buku ini tidak sempurna, oleh karena itu penulis denganterbuka menerima keritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga buku ini dapat bermanfaat, terimakasih. Om Santih Santih Santih Om Singaraja, Juni 2016 Penulis Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

i

DAFTAR ISI Halaman Depan Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

Rasional

1

Belajar Menurut Paham Kontruktivisme

9

Prinsip-Prinsip Kontruktivisme

12

Hakikat dan Mekanisme Belajar Menurut Kontruktivisme

14

Model Pembelajaran Kooperatif

16

Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

20

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

21

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write

24

Komponen Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif-TTW

25

Peranan dan Tugas Guru dalam Usaha Mengefektifkan TTW

26

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif TTW

27

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif-TTW

29

Sistem Sosial

33

Prinsip Reaksi

34

Sistem Pendukung

35

Dampak Intrksional dan Pendukung

37

Simpulan dan Saran

37

Contoh RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW

40

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran 1. 2. 3. 4.

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) RUBRIK PENILAIAN KOGNITIF PENILAIAN KOGNITIF RUBRIK PENIALAIN SIKAP

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

ii

5. PENILAIAN SIKAP 6. RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN 7. PENILAIAN KETERAMPILAN 8. KUIS 9. RUBRIK PENILAIAN KUIS 10. PENILAIAN KOGNITIF (KUIS) 11. PELERJAAN RUMAH (PR) 12. RUBRIK PENILAIAN PR 13. PENILAIAN PR

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

iii

RASIONAL Perkembangan mutu pendidikan diiringi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu syarat untuk mencapai tujuan pembangunan adalah pendidikan

yang berkualitas

sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah. Pendidikan

merupakan

aktivitas

untuk

mempersiapkan siswa agar mampu menjadi warga masyarakat yang memiliki kontribusi positif di masa yang akan datang. Pendidikan diselenggarakan untuk mengarahkan siswa memiliki kecakapan hidup di masyarakat.

Untuk

mewujudkan

hal

tersebut,

pengembangan pendidikan harus bersandar pada empat pilar pendidikan yang dirumuskan oleh United Nations Educational,

Scientific,

and

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Culture

(UNESCO).

1

Keempat pilar pendidikan itu adalah (1) belajar untuk berpengetahuan (learning to know), (2) belajar untuk berbuat (learning to do), (3) belajar untuk hidup bersama (learning to live together), dan (4) belajar untuk jati diri (learning to be) (Soedijarto, 2008). Jika mengacu pada pilar-pilar tersebut, maka proses pembelajaran seharusnya tidak hanya terfokus pada penguasaan materi. Pilar pendidikan belajar untuk berpengetahuan dan belajar untuk berbuat mengarahkan proses pembelajaran seyogianya mencakup pada pola berpikir dan bertindak, yang merefleksikan pemahaman konsep, keterampilan proses, dan sikap ilmiah siswa. Pembelajaran sains khususnya fisika yang berhubungan dengan gejala alam tidak hanya sekadar mengingat dan memahami konsep yang ditemukan oleh siswa. Hal yang lebih penting adalah pengembangan perilaku siswa dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Tuntutan kompetensi dalam kurikulum tidak hanya menuntut pemahaman konsep tetapi juga sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mencakup aspek pemahaman konsep dan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

2

sikap

ilmiah

pengembangan

tersebut. perilaku

Pembelajaran siswa

dalam

dengan

menemukan

konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa, untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan mendasar sehingga konsep yang dipelajari mudah dipahami. Begitu pentingnya pendidikan segingga menuntut adanya

peningkatan

mutu

pendidikan,

khususnya

pembelajaran sains dewasa ini makin terasa. Selain teknis pembelajaran terdapat pula aspek-aspek penting seperti moral dan nilai-nilai (values) yang harus diperhatikan dalam pembelajaran, bukan hanya sekadar pernyataan tentang fakta, konsep, teori maupun hukumhukum

sains

pendidikan

(Trianto, perlu

2009).

ditempatkan

Dengan

demikian

dalam

konteks

pembentukan manusia seutuhnya sesuai

amanat UU

Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Umumnya pembelajaran mata pelajaran Fisika dirasakan sulit oleh peserta didik, karena sebagian besar peserta didik belum mampu menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan pengetahuan yang digunakan. Masalah ini akan membawa pola pikir siswa Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

3

pada pembelajaran sangat monoton dan membosankan, disamping itu guru dalam proses pembelajaran kurang memperhatikan konsep awal siswa. Siswa beranggapan bahwa apa yang dipelajari tanpa ada arti karena tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang lalu maupun dengan peristiwa yang ada dalam lingkungan mereka. Salah satu penyebab yang paling berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar Fisika yang dicapai siswa adalah terjadinya kesalahan konsep (miskonsepsi) pada siswa. Prakonsepsi

siswa

yang

pada

umumnya

bersifat

miskonsepsi secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Hal ini akan berdampak pada prestasi belajar siswa akan menurun. Sehingga bukan hal yang mengejutkan jika hasil belajar Fisika relatif masih rendah, dan kurang diminati oleh siswa. Karenanya diperlukan orientasi dan pendekatan baru yang lebih efektif dalam pembelajaran sains Fisika. Suastra (2006) mengungkapkan bahwa pendidikan sains di sekolah di Indonesia cenderung hanya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, yaitu pengetahuan yang terlalu berpusat pada buku (textbook), sehingga memecahkan soal sederhana dapat dilakukan, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

4

tetapi lepas dari situasi nyata. Perilaku siswa dibangun atas proses kebiasaan. Siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pembelajaran. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa hanya sebatas teori saja tanpa adanya pemahaman terhadap aplikasinya, sehingga konsep yang didapatkan siswa hanya bersifat sementara. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri konsep pembelajaran. Hal ini menyebabkan evaluasi pada aspek keterampilan proses dan sikap ilmiah yang menjadi tuntutan kurikulum dalam penilaian proses pembelajaran di kelas belum dilakukan secara optimal. Pada kenyataannya, guru menyampaikan informasi hanya terpaku pada isi pelajaran dan teori yang ada pada buku paket. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam memahami konsep-konsep fisika. Siswa terbiasa dihadapkan pada sesuatu yang abstrak dan cenderung tidak dikaitkan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Hal inilah yang menyebabkan tingkat kemampuan berpikir rendah, karena siswa cenderung mengerti tentang materi yang disajikan oleh guru, tetapi kurang dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Heller et al., Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

5

1992). Permasalahan ini akan bertambah buruk jika siswa tidak mampu memecahkan suatu permasalahan yang diberikan karena mereka kurang memahami materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa yang terbiasa menghafal untuk mengetahui akan memiliki tingkat interaksi sosial yang kurang. Mereka akan hidup dengan merasa tidak memerlukan pendapat orang lain. Dengan cara

ini,

siswa

mengungkapkan

akan

cenderung

pendapatnya

sendiri,

tidak

bisa

sehingga

perkembangan aspek kognitif siswa akan sangat lamban. Hal inilah yang menyebabkan pemahaman konsep dan interaksi sosial siswa kurang optimal. Ketidak efektifanya pembelajaran di sekolah seperti sistem pembelajaran di sekolah yang berjalan secara tradisional atau konvensional (metode ceramah lalu dilanjutkan pada latihan soal) menyebabkan guru cenderung menjejalkan materi kepada siswa dan pembelajaran di kelas menjadi sepenuhnya berpusat pada guru (teacher centered). Tidak terkecuali pada mata pelajaran Fisika. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang menuntut siswa atau peserta didik terampil untuk menerapkan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

6

konsep dan prinsip sains yang diperoleh sehingga menghasilkan siswa atau peserta didik yang melek sains dan teknologi. Strategi

atau

pendekatan

yang

hendaknya

diterapkan untuk menanggulangi hal-hal diatas adalah strategi yang dimana seorang guru dituntut untuk mampu membentuk interaksi sosial antar siswa agar siswa mampu mengaitkan konsep baru yang dipelajarinya dengan struktur kognitif mereka, bahkan diharapkan mampu menggoyahkan stabilitas miskonsepsi siswa (Hanafiah dan Cucu, 2009). Jika siswa sudah menjadi ragu terhadap kebenaran gagasannya, maka dapat diharapkan mereka akan mau merekonstruksi gagasan atau

konsepsinya

sehingga

pada

akhir

proses

pembelajaran di kepala siswa hanya terdapat sains guru yang berupa pengetahuan ilmiah (Sadia, 2004). Salah satu model pembelajaran

yang dapat

merangsang interaksi sosial siswa dan terbentuknya pemahaman

konsep

yang

baik

adalah

Model

Cooperative Think-Talk-Write (TTW). Interaksi sosial dalam pembelajaran sangat membantu proses asimilasi menjadi lebih efektif dan bermakna dalam pergulatan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

7

intelektualitas siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan penjelasan tersebut adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW). Dengan pembelajaran yang seperti ini, maka diharapkan siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya termasuk pada mata pelajaran Fisika. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dirancang dan dikembangkan suatu model pembelajaran Fisika yang terutama diarahkan untuk meningkatkan interaksi sosial dan pemahaman konsep siswa yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Ada tiga fase pokok dalam model pembelajaran Kooperatif TTW. Pertama, Think (Berpikir); Dalam tahap

ini

siswa

secara

individu

memikirkan

kemungkinan jawaban atau strategi penyelesaian, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Kedua, Talk (Berbicara atau Berdiskusi); Pada tahap talk siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada tahap talk memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Ketiga, Write (Menulis); Aktivitas Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

8

menulis siswa pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan,

mengorganisasikan

semua

pekerjaan

langkah demi langkah, mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

Belajar Menurut Paham Konstruktivisme Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Hal tersebut senada dengan pendapat Sadia (2007), bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke dalam pikiran peserta didik, karena mengajar bukanlah suatu proses pemindahan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses yang memungkinkan para siswa untuk

mengkonstruksi

pengetahuannya.

Konstruksi

dimungkinkan bila orang yang bersangkutan melakukan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

9

interaksi aktif dengan objek, fenomena, pengalaman, atau lingkungan sekitarnya (Yamin, 2008). Menurut pandangan konstruktivisme, siswa adalah pencipta gagasan sedangkan guru adalah mediator yang kreatif dalam proses pembelajaran (Berg dalam Sadia & Suma, 2006) juga menjelaskan bahwa implikasi dari paradigma konstruktivistisme adalah meningkatkan peran guru dalam proses pembelajaran dimana guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Sebagai mediator, guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu

para

peserta

didik

memformulasikan

pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu

masalah,

mengembangkan pembelajaran, informasi

baru

memandu sikap pemusatan dengan

para

positif

peserta terhadap

perhatian, pengetahuan

didik proses

mengaitkan awal,

dan

menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan peserta didik, dan pemodelan proses berpikir. Dengan demikian, implikasi pandangan konstruktivisme terhadap proses belajar mengajar adalah mengajar bukan lagi kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

10

melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun

sendiri

pengetahuannya.

Guru

perlu

menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dalam hal ini, guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa. Tugas guru adalah membantu agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasi nyata maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi siswa. Menurut Widodo (2007), terdapat lima prinsip dalam teori belajar konstruktivisme, yaitu (1) siswa telah memiliki pengetahuan awal, (2) belajar merupakan proses

pengkonstruksian

pengetahuan

berdasarkan

pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (3) belajar adalah perubahan

konsepsi

pengkonstruksian

peserta

pengetahuan

didik,

(4)

proses

berlangsung

dalam

konteks tertentu, dan (5) peserta didik bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Dengan demikian, dapat

disimpulkan

bahwa

konstruktivisme

dalam

kegiatan pembelajaran menjadi sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Bagi konstruktivisme, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

11

kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari

sendiri

arti

yang

mereka

pelajari

dan

bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Setiap siswa memiliki cara tersendiri untuk mengkonstruksikan pengetahuannya yang tentunya sangat berbeda dengan yang lain. Siswa akan difasilitasi oleh guru dalam usahanya untuk membangun pengetahuannya. Guru tidak mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi hanya menyediakan kondisi atau iklim belajar yang memungkinkan

bagi

pengetahuannya

siswa

sendiri.

untuk Dengan

membangun membangun

pengetahuan secara mandiri, maka siswa akan benarbenar mengalami proses belajar dan dapat mencapai tingkat

pemahaman

dan

kemampuan

pemecahan

masalah yang tinggi.

Prinsip-Prinsip Dasar Kontruktivistik Menurut Wheatly (dalam Sadia, 2014) ada dua prinsip pokok kontruktivise, yaitu pertama, pengetahuan tidak diterima secara pasif, tetapi dibangun secara aktif Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

12

oleh pebelajar, artinya ilmu yang diajarkan oleh pendidik tidak serta merta dapat ditransfer ke pebelajar, melainkan pebelajar itu sendiri yang membangun makna terhadap masukan sensori yang diterima dalam lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan pemaknaan setiap anak akan inforasi yang disajikan guru sangat mungkin berbeda-beda satu sama lainnya. Makna yang dibangun sangat bergantung pada struktur kognitif masing-masing individu pebelajar dan sifat personalnya. Kedua, fungsi kognitif adalah melayani dunia pengalaman, bukan menentukan realita ontologi. Dalam sudut pandang kontrutivistik, konsep kebenaran dilihat dari masuk akal atau tidaknya. Selain Wheatly, Fosnot (dalam Sadia, 2014) juga mengungkapkan

idenya

mengenai

prinsip

dasar

kontrutivisme yang jumlahnya ada empat, yaitu pertama, pengetahuan terdiri dari kontruksi pengalaman masa silam. Seseorang akan embangun pengetahuannya tentang dunia objek dengan jalan emandangnya elalui struktur

kognitif

yang

mengtransformasi,

mengorganisasi, dan engintepretasi pengalaman masa silam. Kedua, bahwa pengetahuan itu dibangun atas Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

13

adanya proses asimilasi dan/atau akomodasi dala diri individu. Ketiga, belajar lebih merupakan sebuah proses organik dari penemuan daripada proses mekanik yang bersifat akumulatif. Keempat, proses pembelajaran menurut pandangan kontruktivisme mengacu pada mekanisme

yang

memungkinkan

terjadinya

perkembangan struktur kognitif.

Hakikat dan Mekanisme Belajar Menurut Kontruktivisme Belajar dala pandangan kontruktivise bukanlah suatu proses penambahan informasi secara sederhana, akan tetapi belajar dalam pandangan kontruktivisme melibatkan pengetahuan awal dalam interaksinya dengan informasi baru yang merupakan pengetahuan baru yang diterimanya.

Interaksi

ini

memungkinkan

terjadi

penolakkan terhadap beberapa konsepsi siswa. Adapun mekanisme dalam pikiran seseorang yang sedang mengalami proses belajar adalah sebagai berikut.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

14

PROSES PENGKONTRUKSIAN PENGETAHUAN 1. Otak mengatur dan mengarahkan

2.

Otak menentukan data sensori mana yang

3.

Masukan sensori belum mempunyai makna

4.

Pebelajar membangun hubungan dengan isi otak (memori)

5.

Hubungan yang dibangun digunakan untuk memberi makna terhadap data sensori

6.

Terkadang, makna yang dibangun diuji terhadap isi otak

7.

Makna yang dibangun oleh pebelajar disimpan dalam otak dengan proses asimilasi atau

Gambar 1. Proses Pengkontruksian Pengetahuan (Sumber: Sadia, 2014) Pertama, pebelajar secara aktif memilih dan mengamati

dengan

engarahkan

indra

pada

yang

diinginkannya. Kedua, masukan sensori yang dipilih tidak

langsung

bermakna.

Ketiga,

makna-makna

terhadap masukan sensori yang telah dibangunnya dan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

15

dirasakan

bertentangan

dengan

pengalaman

dan

memorinya mungkin akan diujinya. Dalam proses ini, akan terjadi asimilasi dan/atau akomodasi.

Model Pebelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif Kooperatif adalah suatu gambaran kerja sama antara individu satu dengan lainnya dalam suatu ikatan tertentu. Ikatan-ikatan tersebut yang menyebabkan antara satu dengan yang lainnya merasa berbeda dalam suatu tempat dengan tujuan-tujuan yang secara bersama-sama diharapkan oleh setiap orang yang berada dalam ikatan tersebut. Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Metode mempunyai

pembelajaran manfaat-manfaat

kooperatif yang

positif

learning apabila

diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

16

untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan

walaupun

orang

Indonesia

sangat

membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme, dimana memandang pebelajar sebagai suatu sistem yang dapat membangun pengetahuannya dengan mengasimilasi atau akomodasi informasi baru dari lingkungannya. Model pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok, akan tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat efektif diantara anggota kelompok (Taniredja, dkk, 2011).

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

17

Menurut Arends (1997), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi pelajaran, 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3) jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, 4) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu. Menurut Isjoni (dalam Davidson dan Warsham, 2011)

Pembelajaran

kooperatif

adalah

model

pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan

pendekatan

pembelajaran

yang

berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Menurut Slavin (2008), pembelajaran

kooperatif

merupakan

metode

pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang

memiliki

kemampuan

heterogen.

Model

pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinterasi dan belajar Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

18

bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi sebagai siswa ataupun sebagai guru, dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama,

maka

siswa

akan

mengembangkan

keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah (Trianto, 2007). Menurut Lie (2008), bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Ada

unsur-unsur

dasar

pembelajaran

kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran siswa dengan bekerjasama atau kelompok dengan kemampuan heterogen.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

19

Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Lie (dalam Sadia, 2014) ada lima ciri utama dari model pembelajaran kooperatif, diantaranya sebagai berikut. 1. Saling bergantung secara positif. Dengan model ini, peserta didik akan mengoptimalkan seluruh

anggota

kelompoknya

melalui

koordinasi yang benar untuk encapai tujuan kelompok. 2. Tanggungjawab perorangan. Setiap anggota kelompok harus berusaha semaksimal mungkin tetap utuh dala satu ikatan kelompok. 3. Tatap

muka.

Tiap

anggota

kelompok

bekerjasama saling bertemu dan berdiskusi untuk menghasilkan prestasi akademik yang terbaik. 4. Komunikasi antar kelompok. Setiap kelompok diajarkan keterampilan sosial untuk digunakan dalam mengoordinasikan upaya mereka secara bersama-sama.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

20

5. Evaluasi proses kelompok. Setiap kelompok diwajibkan melakukan evaluasi diri tentang keberhasilan belajar mereka.

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif terdiri dari enam tahap yang di mulai dari guru menyampaikan tujuan dan memotivasi

siswa,diikuti

oleh

tahap

menyajikan

informasi mengorganisasikan siswa kedalam kelompokkelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi terakhir memberikan penghargaan. Berikut keenam tahapan dari model pembelajaran kooperatif. Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif No

Fase-fase

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1

Menyampaikan Guru

Siswa

tujuan

berusaha

dan menyampaiakan

motivasi siswa

tujuan

untuk

pembelajaran yang mencapai hendak dicapai dan tujuan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

21

memotivasi siswa

pembelajara n

2

Menyajikan

Guru

Siswa

informasi

menyampaikan

menyimak

informasi

kepada informasi

siswa dengan jalan dari guru demonstrasi

atau

lewat bahan bacaan 3

Meng-

Guru menjelaskan Siswa

organisasikan

kepada

siswa membentuk

siswa kedalam bagaimana

cara kelompok

kelompok-

membentuk

kelompok

kelompok

belajar

dan

membantu

setiap

kelompok

agar

belajar belajar

melakukan

trasisi

secara

efisien 4

Membimbing

Guru membimbing Siswa

kelompok

kelompokkelompok melakukan

bekerja

dan belajar pada saat diskusi

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

22

belajar

mereka

dalam

mengerjakan tugas pengerjaan mereka

tugas bersama kelompok belajar

5

Evaluasi

Guru mengevaluasi Siswa hasil

belajar mengerjaka

tentang materi yang n

soalsoal

telah dipelajari atau dan masing-masing

mempresent

kelompok

asikan hasil

mempresentasikan

diskusi

hasil kerjanya 6

Memberikan

Guru mencari cara- Siswa

penghargaan

cara

untuk mendapat

menghargai upaya nilai maupun belajar

dan

hasil penghargaan individu bagi

atau kelompok

siswa

yang berprestasi

(Sumber: Ibrahim, dkk. (2000)) Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

23

Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Think, Talk, and Write (TTW) TTW

merupakan

model

pembelajaran

yang

dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin (2000). Think Talk Write didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Model pembelajaran Think Talk Write mendorong siswa untuk berfikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Model pembelajaran Think Talk Write digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. (Densereau, 1985).

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

24

Komponen Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif-TTW Dalam TTW terdapat beberapa komponen penting yang cukup berperan dalam memperlancar jalannya strategi think talk write pada pembelajaran yaitu: 1. Guru yang berkompeten dan profesional. 2. Anak

didik

yang

aktif

dalam

proses

pembelajaran. 3. Buku bacaan yang sesuai dengan topik materi yang diajarkan dengan jumlah yang banyak dan bervariasi. 4. Beberapa teknik pembelajaran yang mempunyai peranan cukup penting dalam terlaksananya strategi think talk write dalam pembelajaran, agar dapat tercapai tujuan yang telah ditentukan.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

25

Peranan dan Tugas Guru dalam Usaha Mengefektifkan TTW Peranan mengefektifkan

dan

tugas

penggunaan

guru

dalam

strategi

TTW

usaha ini,

sebagaimana yang di kemukakan Silver dan Smith (dalam Yamin, 2008) adalah: 1. Mengajukan

pertanyaan

dan

tugas

yang

mendatangkan keterlibatan, menantang setiap siswa berpikir. 2. Mendengar secara hati-hati ide siswa. 3. Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan. 4. Memutuskan apa yang di gali dan di bawa siswa dalam diskusi. 5. Memutuskan

kapan

mengklarifikasi menggunakan

memberi

informasi,

persoalan-persoalan, model,

membimbing

dan

membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan. 6. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

26

bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif TTW Setiap

model

pembelajaran

pasti

memliki

kelemahan dan kelebihannya masing-masing sesuati dengan

karakteristiknya.

Berikut

kelebihan

dan

kekurangan model pembelajaran Kooperatif Tipe TTW. A. Kelebihan 1. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar. 2. Dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. 3. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. 4. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan dengan diri mereka sendiri. Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

27

B. Kelemahan 1. terkecuali kalau soal open ended tersebut dapat memotivasi, siswa di mungkinkan bekerja sibuk. 2. Ketika siswa bekerja dalam kelompok itu mudah

kehilangan

kemampuan

dan

kepercayaan, karena di dominasi oleh siswa yang mampu. Hal ini dapat diantisipasi dengan pembentukan kelompok yang heterogen, baik dalam hal kognitif, maupun yang lainnya. 3. Guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi think talk write tidak mengalami kesulitan. Hal ini diantiipasi dengan komitmen guru untuk menerapkan model ini dalam pembelajaran

demi

tercapainya

tujuan

pembelajaran.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

28

Sintak Model Pembelajaran Kooperatif-TTW Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Menurut Yamin, 2008, model pembelajaran kooperatif tipe TTW melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran biologi, yaitu: 1. Think (Berpikir) Dalam

tahap

ini

siswa

secara

individu

memikirkan kemungkinan jawaban atau strategi penyelesaian, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Pada tahap ini siswa akan membaca sejumlah masalah yang diberikan pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS), kemudian

setelah

membaca

siswa

akan

menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai masalah tersebut (membuat catatan individu). 2. Talk (Berbicara atau Berdiskusi) Pada tahap talk siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

29

dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada tahap talk

memungkinkan

siswa

untuk

terampil

berbicara. Pada tahap ini siswa akan berlatih melakukan komunikasi biologis dengan anggota kelompoknya secara lisan. 3. Write (Menulis) Aktivitas menulis siswa pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan

termasuk

perhitungan,

mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya. Teori belajar yang mendasari pembelajaran dengan teknik Think-Talk-Write (TTW) antara lain adalah teori belajar penemuan (discovery) dan konstruktivisme. Teori belajar discovery menegaskan bahwa siswa belajar bukan untuk memperoleh kumpulan pengetahuan belaka, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

30

tetapi

dengan

adanya

belajar

siswa

memperoleh

kesempatan untuk berpikir dan berpartisipasi dalam memperoleh

pengetahuan.

Artinya,

pembelajaran

discovery lebih menekankan proses daripada produk. Selain discovery, teori belajar lain yang mendasari pembelajaran

dengan

teknik

TTW

adalah

konstruktivisme dengan ide utamanya adalah sebagai berikut. 1.) Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi (final),

tetapi

pengetahuannya dengan

siswa sendiri

membentuk

melalui

lingkungannya,

melalui

interaksi proses

asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru ke dalam pikiran. Akomodasi

adalah

penyusunan

kembali

(modifikasi) struktur kognitif karena adanya informasi

baru,

sehingga

informasi

itu

mempunyai tempat. 2.) Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi merupakan

suatu

keseimbangan

antara

asimilasi dan akomodasi. Andaikan dengan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

31

proses

asimilasi

seseorang

tidak

dapat

melakukan adaptasi terhadap lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan (disequlibrium). 3.) Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus

menerus

tentang

keadaan

ketidakseimbangan dan keadaan seimbang (disequlibrium-equilibrium). Akan tetapi, bila tidak terjadi kembali keseimbangan, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Menurut pandangan tersebut, teori konstruktivisme dapat dikatakan berkenaan dengan bagaimana anak memperoleh pengetahuan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pola intelektual untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui asimilasi. Bila seorang siswa tidak memiliki pengetahuan memadai untuk menanggapi suatu situasi yang datang dari lingkungannya, maka ia harus mengubah intelektualnya, sehingga melakukan akomodasi terhadap lingkungannya. Apabila

siswa

sudah

mampu

menyatukan

atau

mengintegrasikan antara pengetahuan yang ada pada dirinya atau pengalamannya dengan pengetahuan yang Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

32

timbul

dari

lingkungannya

(keseimbangan

antara

asimilasi dan adaptasi), maka dapat dikatakan siswa telah mengadakan adaptasi. Dengan demikian, ciri-ciri pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan discovery sangat sesuai dengan teknik Think-Talk-Write, sehingga peranan guru dalam teknik ini sebagai simulation of learning benarbenar dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.

Sistem Sosial Sistem sosial dari model pembelajaran ini, ditandai dengan guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas, tetapi dapat juga menjadi diskusi aktif oleh siswa. Dalam setiap fase, interaksi peserta didik diarahkan secara intensif oleh guru. Dalam pengorganisasian kegiatan pembelajaran

ini

diharapkan

peserta

didik

akan

berinisiatif untuk melakukan proses induktif bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri pada setiap proses pembelajaran. Dalam unsur sintem sosial ini ditekankan pola interaksi kedekatan guru sebagai teman belajar siswa, peran guru sebagai Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

33

transmiter pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, latihan menjalani “learning to be” yakni untuk membentuk peserta didik “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.

Prinsip Reaksi Reaksi pendidik dalam setiap tahap adalah dalam membantu pebelajar dalam mengungkapkan ide-idenya dan melakukan diskusi atau interaksi sosial dalam diskusi kelompok. Hal tersebut dapat ditampilkan secara lisan dan tertulis melalui pertanyaan-pertanyaan resitasi dan konstruksi. Pertanyaan resitasi bertujuan memberi peluang kepada siswa memanggil pengetahuan yang telah dimiliki dan pertanyaan konstruksi bertujuan memfasilitasi, menegosiasi, dan mengkonfrontasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru. Pendidik harus dapat memimpin diskusi sehingga diskusi berlangsung seperti dalam suasana ilmuwan mengkomunikasikan konsepsi mereka tentang sesuatu yang dibicarakan.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

34

Dalam hendaknya

proses

kegiatan

berdasarkan

pembelajaran

pada

ini,

prinsip-prinsip

pengelolaan, yaitu sebagai berikut.

1. Berikan dukungan dengan menitik beratkan pada sifat konsep dari diskusi-diskusi yang berlangsung. 2. Berikan bantuan kepada peserta didik dalam mempertimbangkan sifat-sifat dan tipe dari konsep yang dipelajarinya. 3. Pusatkan

perhatian

para

peserta

didik

terhadap contoh-contoh konsepnya yang lebih spesifik 4. Bantulah peserta didik dalam mendiskusikan dan menilai strategi berfikir yang mereka gunakan dalam pembelajaran.

Sistem Pendukung Sistem pendukung dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe TTW ini berupa sarana pendukung yang diperlukan berupa bahan-bahan dan data yang terpilih

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

35

serta terorganisasi dalam bentuk unit-unit yang memiliki fungsi memberikan contoh-contoh dan menjelaskan konsep. Bila para peserta didik sudah dapat berfikir kompleks, mereka akan dapat bertukar pikiran dan bekerja sama dalam membuat unit-unit data atau memberikan contoh-contoh lainnya. Adapun

himpunan

material

yang dapat

mengundang keingintahuan, misalnya isi kurikulum yang dapat

dijabarkan dalam bentuk masalah atau

permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan pembelajar yang masih relevan dengan isi kurikulum. Pendidik hendaknya adalah orang yang memahami proses dan strategi konstruktivis. Selain itu, material sumber yang dapat dipakai memecahkan permasalahan adalah materi yang dapat disediakan dalam lingkungan sekolah atau lingkungan lokal.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

36

Dampak Intruksional dan Pengiring Dampak instruksional ini sudah ditetapkan terlebih dulu dalam tujuan pengajaran. Jadi dampak instruksional merupakan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun model kognitif konflik akan berdampak

instruksional,

yakni

mencapai

tujuan

pemahaman pada hakikat konsep dan interaksi sosial. Sedangkan dalam pembelajaran tersebut akan dicapai juga dampak pengiring yang harus diupayakan muncul dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar atau dapat pula ditulis dalam tujuan pengajaran, yakni peserta didik akan peka terhadap penalaran secara logis dalam komunikasinya sehari-hari.

Simpulan dan Saran A. Simpulan Model Pembelajaran Kooperatif ada beberapa tipe, salah satunya adalah tipe Think-Talk-Write (TTW). Model Pembelajaran Kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

37

pemahaman konsep siswa. Model ini, sejalan dengan prinsip Kontruktivisme dan discovery learning. Model ini memiliki 3 tahapan utama, yakni Think

(Bepikir),

Talk

(Berbicara),

dan

Write

(Mencatat). Dalam model ini, pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered), sehingga siswa benarbenar dapat memahami konsep. Selain itu, model ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu siswa dapat lebih aktif dalam belajar dan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Sedangkan kelemahannya adalah siswa dapat kehiangan kepercayaan diri dalam lingkungan kelompok yang lebih pintar dari dirinya. Hal ini dapat diantisipasi dengan pembentukan kelompok yang heterogen utamanya di aspek kognitifnya. B. Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah bagi pendidik yang ingin menerapkan model pembelajaran memahami

kooperatif sintaknya

TTW terlebih

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

ini

hendaknya

dahulu

serta

38

mengetahui kelemahan dan kelebihannya untuk dapat mengantisipasi permasalahan berikutnya. Selain itu, penerapan model ini sebaiknya memperhatikan kemampuan

kesesuaian kognitif

dengan

peserta

materi

didik

dan

karena

sesungguhnya tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok di semua materi dan semua kondisi kognitif peserta didik.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

39

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran

: Fisika

Kelas/Semester

: XI MIA/Satu

Tahun Pelajaran

: 2016/2017

Materi Pokok

: Usaha dan Energi

Sub Materi

: Konsep Usaha

Alokasi Waktu

: 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, desiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

40

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

41

B. Kompetensi Pembelajaran

Dasar,

Indikator,

Tujuan

Kompentensi Tujuan Indikator Dasar Pembelajaran Spiritual 1.1.Menyadari 1.1.1. Menunjukkan 1. Melalui kebesaran kekaguman kegiatan Tuhan yang akan pembelajaran, menciptakan kebesaran siswa mampu dan mengatur Tuhan yang berdoa alam jagad menciptakan sebelum dan raya melalui alam semesta sesudah pengamatan beserta isinya. pembelajaran. fenomena 2. Melalui alam fisis dan kegiatan pengukurann pembelajaran, ya. siswa mampu menyampaika n salam sebelum dan sesudah pembelajaran. Sosial 2.1. Menunjukka 2.1.1. Menunjukkan 1. Melalui n perilaku sikap rasa demonstrasi, ilmiah ingin tahu studi pustaka, (memiliki dan kritis dan diskusi rasa ingin dalam kelompok, tahu; mengumpulk siswa mampu objektif; an dan menunjukkan jujur; teliti; menganalisis sikap rasa cermat; informasi ingin tahu tekun; hatitentang dan kritis Aspek

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

42

hati; konsep usaha. dalam bertanggung mengumpulk jawab; an dan terbuka; menganalisis kritis; informasi kreatif; tentang inovatif dan konsep peduli usaha. lingkungan) 2.1.2. Menunjukkan 1. Melalui dalam sikap demonstrasi, aktivitas bekerjasama diskusi sehari-hari dan kelompok, sebagai bertanggungdan wujud jawab dalam presentasi implementasi melakukan kelompok, sikap dalam diskusi dan siswa mampu melakukan presentasi menunjukkan percobaan, kelompok. sikap melaporkan, bekerjasama dan dan berdiskusi. bertanggungj awab Penge- 3.1. Menganalisis 3.1.1. Menyebutkan 1. Melalui tahuan konsep definisi usaha demonstrasi, energi, menurut ilmu studi usaha, fisika pustaka, dan hubungan diskusi usaha dan kelompok, perubahan siswa energi, dan mampu hukum menyebutkan kekekalan definisi Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

43

energi untuk menyelesaika n permasalaha 3.1.2. Menganalisis n gerak syarat khusus dalam terjadinya kejadian usaha. sehari- hari

3.1.3. Menganalisis hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

usaha menurut ilmu fisika. 1. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan diskusi kelompok, siswa mampu menyebutkan syarat khusus terjadinya usaha. 1. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan diskusi kelompok, siswa mampu menghitung salah satu besaran fisika dalam rumus hubungan gaya dan perpindahan 44

terhadap besar usaha. 2. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan diskusi kelompok, siswa mampu menginterpre tasi dan menghitung besar usaha dari grafik hubungan gaya dan perpindahan. 3.1.4. Menyebutkan 1. Melalui studi contoh pustaka dan aktivitas yang diskusi termasuk kelompok, usaha dan siswa bukan usaha mampu menurut menyebutkan fisika, dalam contoh usaha kehidupan dan bukan sehari- hari. usaha menurut fisika, dalam kehidupan sehari-hari. Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

45

Keter ampil an

2. Melalui studi pustaka dan diskusi kelompok, siswa mampu menjelaskan apakah suatu aktivitas termasuk usaha atau bukan usaha, menurut fisika. 4.1. Memecahkan 4.1.1. Mengumpulk 1. Melalui masalah an dan demonstrasi, dengan menganalisis studi menggunaka data dari pustaka, dan n metode demonstrasi diskusi ilmiah terkait kelompok, dengan siswa konsep gaya, mampu dan menyimpulk kekekalan an hubungan energi. gaya dan perpindahan terhadap besar usaha. 2. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

46

diskusi kelompok, siswa mampu menyimpulk an kapan usaha bernilai positif, bernilai negatif, dan bernilai nol. 4.1.2. Mempresenta sikan hasil analisis data dari simulasi virtual tentang usaha

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

1. Melalui demonstrasi, studi pustaka, dan diskusi kelompok, siswa mampu menyajikan hasil analisis data tentang hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha dalam bentuk grafik serta 47

mempresenta sikann ya di depan kelas. C. Materi Indikator Menyebutkan definisi usaha menurut ilmu fisika. Menganalisis syarat khusus terjadinya usaha.

Materi Pembelajaran Usaha didefinisikan sebagai hasil kali gaya dan perpindahan. Gaya dikatakan melakukan usaha pada benda, jika gaya tersebut menyebabkan benda mengalami perpindahan. Disamping itu, gaya tersebut harus memiliki komponen yang searah dengan arah perpindahan.

Menganalisis hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha.

a. Usaha yang diberikan pada benda sebanding Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

48

dengan perpindahan benda dan komponen gaya yang searah dengan perpindahan benda tersebut. b. Jika komponen gaya yang pararel dengan perpindahan searah dengan arah perpindahan, maka usaha yang dilakukan bernilai positif. c. Jika komponen gaya yang pararel dengan perpindahan memiliki arah yang berlawanan dengan arah perpindahan, maka usaha yang dilakukan bernilai negatif. d. Jika gaya yang diberikan tidak memiliki komponen yang pararel dengan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

49

Menyebutkan contoh aktivitas yang termasuk usaha dan bukan usaha menurut fisika, dalam kehidupan seharihari.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

perpindahan, maka usaha yang dilakukan bernilai nol. a. Contoh altivitas yang termasuk usaha adalah seseorang yang mendorong atau menarik meja sehingga meja mengalami perpindahan yang searah dengan dorongan atau tarikan. b. Contoh aktivitas yang tidak termasuk usaha adalah: (1) seseorang mendorong tembok hingga kelelahan, namun tembok tidak berpindah (hal ini karena tidak terjadi perpindahan tembok) dan (2) seseorang menjinjing ember yang penuh berisi 50

air dan berpindah posisi secara horizontal (hal ini karena arah gaya yang diberikan tegak lurus terhadap arah perpindahan ember). D. Pendekatan, Model, Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Saintifik 2. Model Pembelajaran : Kooperatif Think-TalkWrite (TTW) 3. Metode : Demonstrasi, observasi, studi pustaka, diskusi, dan presentasi E. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media : Lembar Kerja Siswa (LKS), Power Point 2. Alat dan Bahan a. Alat : 2 buah neraca pegas b. Bahan : 1 buah balok kayu 3. Sumber Belajar : a. Kanginan, M. 2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. b. Siswanto & Sukardi. 2009. Kompetensi Fisika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

51

c. Tim MIPA. LKS Kreatif Fisika SMA/MA Kelas XI Semester Gasal. Jawa Tengah: Viva Pakarindo. F. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan

Sintaks Model TTW 1.

2. Pendahul uan

Kompetensi yang Alokasi dikembang Waktu kan Guru memberi Karakter: salam, Rasa ingin melaksanakan tahu presesnsi dan mengawali pembelajaran dengan bermasalah bersama Guru menyampaikan 10 tujuan menit pembelajaran Guru memberikan apersepsi: a. Seseorang mendorong tembok hingga kelelahan, namun tembok Deskripsi Kegiatan

Mengamati dan Mempertanyakan

3.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

52

4.

tidak berpindah. Dalam fisika orang tersebut dikatakan tidak melakukan usaha. Mengapa? b. Seseorang menjinjing ember yang penuh berisi air sejauh 100 meter. Dalam fisika orang tersebut dikatakan tidak melakukan usaha. Mengapa? Guru kembali mengingatkan siswa tentang materi pembelajaran

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

53

5.

Mengamati

6.

7. Kegiatan Inti

Tahap 8. Think: Mengeks plorasi 9.

yang terkait, yaitu tentang gaya dan perpindahan. Guru menyampaikan sedikit materi tentang pengertian tentang gaya dan perpindahan. Guru membagi kelompok yang anggotanya 4-8 orang. Guru memberikan beberapa contoh soal tentang usaha. Setiap kelompok diberi soal latihan. Siswa diberi sedikit waktu untuk membaca soal yang dibagikan dan menemukan

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

15 menit

Karakter: Rasa ingin tahu, tekun, kerja keras, dan tanggungj awab

20 menit

54

solusi dan permasalahan lain secara individu. Tahap 10. Guru membimbing Talk: Mengeks seluruh plorasi anggota kelompok agar mendiskusikan permasalahan yang diberikan beserta ide-ide hasil pemikiran individu. 11. Guru meminta salah satu perwakilan dari masingmasing kelompok untuk mempresentasi kan hasil diskusi dalam kelompoknya di depan kelas. 12. Guru membimbing jalannya diskusi antar Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Karakter: Terbuka, dapat menerima pendapat orang lain , rasa ingin tahu, kritis, tekun, kerjasama, dan tanggungj awab

60 menit

55

Tahap Write:

13.

Mengasosia sikan dan Mengomuni kasikan

14.

15.

16.

17.

kelompok. Guru meminta salah seorang siswa menyimpulkan hasil diskusi antar kelompok. Guru meluruskan dan menegaskan kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari. Guru memberikan sedikit waktu bagi siswa untuk mencatat dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti Guru memberikan kuis (terlampir ) kepada siswa Guru

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Karakter: kristis, ingin tahu, tekun

15 menit

56

18.

19.

Penutup

20.

21.

memberikan kesempatan salah seorang siswa untuk mengerjakann ya di depan kelas Guru mengadakan evaluasi hasil diskusi kelompok siswa. Guru menyampaikan bahwa di pertemuan selanjutnya akan dilanjutkan dengan materi konsep energi. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa dengan hasil diskusi yang paling baik. Guru

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

15 menit

57

memotivasi kelompok lain agar belajar lebih giat lagi. 22. Guru memberikan PR (terlampir) kepada siswa. 23. Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberi salam penutup. 135 menit

Jumlah Waktu

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

58

G. Penilaian No Aspek Teknik Waktu 1 Sikap 1. Rasa ingin tahu 2. Kritis dalam mengeksplorasi dan mengasosiasi data 3. Bekerja sama dalam Saat kegiatan Observasi mengeksplorasi dan pembelajaran mengasosiasi data 4. Bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan 5. Mengagumi kebesaran Tuhan. 2 Pengetahuan 1. Menyebutkan definisi usaha menurut ilmu fisika. 2. Menyebutkan Tes lisan syarat khusus (KUIS), terjadinya usaha. Tes Saat kegiatan 3. Menghitung salah tertulis, dan PR satu besaran fisika dan dalam rumus penugasan hubungan gaya dan perpindahan terhadap besar usaha. 4. Menginterpretasi Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

59

dan menghitung besar usaha dari grafik hubungan gaya dan perpindahan. 5. Menyebutkan contoh aktivitas yang termasuk usaha dan bukan usaha menurut fisika, dalam kehidupan seharihari. 6. Menjelaskan apakah suatu aktivitas termasuk

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

60

DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Arends. 1997. “Pembelajaran Kooperatif”. Dalam http: //www.docstoc.com/docs/16101609/modelpembelajaran-kooperatif. diakses tanggal 1 Juni 2016. Dansereau.1985. “Model Pembelajaran Cooperative Tipe TTW”.

Dalam

http://www.worldpress.com/2009/11/04/modelpembelajaran-ttw. diakses 25 Mei 2016. Davidson dan Warsham. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Rineka Cipta. Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama Heller, et.al.1992. “Teaching Problem Solving Through Cooperative Grouping”. American Journal of Physics, 60, (7), 627-636. Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Daftar Pustaka

Huinker, D. & Laughlin, C. (2000). Talk Your Way Into Writing. Dalam Communication in Mathematics K-12 and Beyond, 2000 Year Book. The National Counsil of Teacher of Mathematics. Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:University Press. Sadia, I W. 2007. Pembelajaran berbasis masalah (problem-based pembelajaran

learning) berorientasi

suatu

model

konstruktivisme.

Makalah. Disajikan dalam pelatihan pembelajaran inovatif bagi guru MIPA di lingkungan dinas pendidikan Kabupaten Karangasem tanggal 12 Juli 2007. Undiksha Singaraja. Sadia.

2008.

Model-model

Pembelajaran

Sains

Kontruktivistik. Singaraja: Graha Ilmu. Sadia, I W. & Suma, K. 2006. Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA di Kabupaten Buleleng Melalui Penerapan Model Pembelajaran ”Learning Cycle” dan ”Problem Based Learning” dalam Pelajaran Fisika. Laporan Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Daftar Pustaka

Penelitian.

(tidak

diterbitkan).

IKIP

Negeri

Singarja. Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung: Nusa Media Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Suastra, I W. 2006. Pembelajaran sains (Fisika) berbasis budaya

lokal

sebagai

upaya

pengembangan

kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolah. Makalah. Disajikan pada Seminar dengan tema “meningkatkan

profesionalisme

guru

melalui

pembelajaran inovatif”, pada tanggal 4 Oktober 2006, dalam rangka hari jadi Jurusan Pendidikan Fisika Undiksha. Taniredja, T. and H. Mustafidah. 2011. Penelitian Kuantitatif

(Sebuah

Pengantar).

Bandung:

Alfabeta.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Daftar Pustaka

Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik: Konsep landasan teoritis-praktis

dan

implementasinya.

Jakarta:

Prestasi Pustaka. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media Group. Yamin,

M.

2008.

Paradigma

pendidikan

konstruktivisme. Jakarta: Gaung Persada Press (GP Press). Widodo, A. 2007. Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 64 (5), 91-103.

Kooperatif TTW/ SBM/ I Kadek Wirawan/ IV A

Daftar Pustaka

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) RUBRIK PENILAIAN KOGNITIF PENILAIAN KOGNITIF RUBRIK PENIALAIN SIKAP PENILAIAN SIKAP RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN PENILAIAN KETERAMPILAN KUIS RUBRIK PENILAIAN KUIS PENILAIAN KOGNITIF (KUIS) PELERJAAN RUMAH (PR) RUBRIK PENILAIAN PR PENILAIAN PR

Lampiran 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Mata Pelajaran

: Fisika

Kelas/Semester

: XI MIA/Satu

Tahun Pelajaran

: 2016/2017

Materi Pokok

: Usaha dan Energi

Sub Materi

: Konsep Usaha

Alokasi Waktu

: 3 x 45 menit

PETUNJUK 1. Guru melakukan demonstrasi tentang usaha untuk percobaan 1 dan percobaan 2 (15 menit). 2. Semua siswa mengamati jalannya demonstrasi. 3. Ketua kelompok mencatat data hasil demonstrasi (percobaan 1 dan percobaan 2) pada 4. LKS (dilakukan saat demonstrasi berlangsung). 5. Setiap siswa mengerjakan soal LKS dalam kertas double folio/kertas buku catatan dengan mencantumkan nama, nomor absen, dan kelas di pojok kiri atas kertas tersebut. Skor yang diperoleh merupakan nilai keterampilan siswa tersebut (30 menit). 6. Terakhir, siswa yang bisa membahas soal LKS di depan kelas akan memperoleh nilai lisan sesuai dengan yang tercantum pada soal (30 menit).

Anggota Kelompok: 1. ………………………………………………………… …………………………………..... 2. ………………………………………………………… …………………………………..... 3. ………………………………………………………… …………………………………..... 4. ………………………………………………………… …………………………………..... 5. ………………………………………………………… …………………………………..... 6. ………………………………………………………… ………………………………….....

DISAIN DEMONSTRASI PERCOBAAN

Analisis Data

No

Gaya (F)

Sudut Perpindahan (s) ( )

Usaha (W)

00 600 1

5N

900

60 cm (0,6 m) ke kanan

1200 1800

2

SOAL UNTUK PERCOBAAN 1 1. Apa tujuan percobaan 1? (1 tujuan, skor 10) 2. Bagaimana hubungan terhadap besar usaha (W)? Mengapa? (skor 20) 3. Berapa sudut yang diperlukan agar usaha bernilai maksimum? Mengapa? (skor 20)

4. Berapa sudut yang diperlukan agar usaha bernilai nol? Mengapa? (skor 20) 5. Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai positif? Mengapa? (skor 20) 6. Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai nol? Mengapa? (skor 20) 7. Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai negatif? Mengapa? (skor 20) 8. Berdasarkan percobaan 1, apakah yang dimaksud usaha dalam ilmu fisika? (skor 10) 9. Berdasarkan percobaan 1, apa syarat agar usaha memiliki nilai? (1 syarat, skor 10) SOAL UNTUK PERCOBAAN 2 1. Apa tujuan percobaan 2? (1 tujuan, skor 10) 2. Berapakah usaha total yang dilakukan dari awal sampai akhir? (skor 50) 3. Buatlah grafik hubungan terhadap perpindahan (s)! (skor 70) 4. Hitunglah luas daerah di bawah grafik tersebut! (skor 50) 5. Bandingkan jawaban soal nomor 2 dengan jawaban soal nomor 4? Sama atau berbeda? 6. Apa kesimpulannya? (skor 30)

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Kognitif RUBRIK PENILAIAN KOGNITIF NO SOAL 1 Apa tujuan percobaan 1?

2

SOLUSI 1. Mendeskripsikan hubungan terhadap besar usaha (W). 2. Mendeskripsikan sudut yang diperlukan agar usaha bernilai maksimum. 3. Mendeskripsikan sudut yang diperlukan agar usaha bernilai nol. 4. Mendeskripsikan kapan usaha bernilai positif. 5. Mendeskripsikan kapan usaha bernilai nol. 6. Mendeskripsikan kapan usaha bernilai negatif. 7. Mendefinisikan usaha dalam ilmu fisika.

SKOR 70

Bagaimana Sebanding. Semakin besar nilai, 20 hubungan maka W juga akan semakin besar. terhadap besar Begitu juga sebaliknya. usaha (W)? Mengapa?

3

4

Berapa sudut yang diperlukan agar usaha bernilai maksimum? Mengapa? Berapa sudut yang diperlukan agar usaha bernilai nol? Mengapa?

Agar nilai W maksimum, maka nilai harus maksimum. Ini terjadi ketika

Agar nilai W nol, maka nilai harus nol. Ini terjadi ketika

20

20

5

Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai positif?

Jika gaya yang diberika memiliki 20 komponen yang searah dengan arah perpindahan.

6

Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai nol? Berdasarkan percobaan 1, kapan usaha bernilai negatif?

Jika gaya yang diberikan tidak memiliki komponen yang searah dengan arah perpindahan.

20

Jika gaya yang diberikan memiliki komponen yang berlawanan arah dengan arah perpindahan.

20

7

8

Berdasarkan percobaan 1, apakah yang dimaksud usaha dalam ilmu fisika?

Usaha dalam ilmu fisika didefinisikan sebagai hasil gaya dengan perpindahan. Dimana gaya tersebut harus pararel dengan arah perpindahan.

9

Berdasarkan percobaan 1, apa syarat agar usaha memiliki nilai?

Gaya dikatakan melakukan usaha 20 pada benda, jika gaya tersebut menyebabkan benda mengalami perpindahan. Disamping itu, gaya tersebut harus memiliki komponen yang searah dengan arah perpindahan.

10 Apa tujuan percobaan 2?

1. Menghitung usaha oleh suatu gaya. 2. Menghitung usaha total yang dilakukan oleh beberapa gaya. 3. Menggambar grafik hubungan gaya dan perpindahan. 4. Menghitung besar usaha dari grafik hubungan gaya dan perpindahan. 5. Mendeskripsikan bahwa usaha sama dengan luas daerah di bawah grafik hubungan gaya dan perpindahan

10

50

11 Berapakah usaha total yang dilakukan dari awal sampai akhir?

50

12 Buatlah grafik Tergantung data percobaan hubungan terhadap perpindahan (s)!

70

13 Hitunglah luas 50 daerah di bawah grafik tersebut! 14 Bandingkan Sama. Besar usaha sama dengan 30 jawaban soal luas daerah di bawah grafik nomor 2 hubungan gaya dan perpindahan. dengan jawaban soal nomor 4? Sama atau berbeda? Apa kesimpulanny a?

Lampiran 3. Penilaian Kognitif PENILAIAN KOGNITIF Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

NO

NAMA SISWA

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha TES LISAN/NOM Nilai OR SOAL

Lampiran 4. Rubrik Penilaian Sikap RUBRIK PENILAIAN SIKAP

Tanggung jawab

Bekerjasama

Rasa ingin tahu

Aspek

Skor Indikator 4 Selalu bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber. 3 Sering bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber. 2 Kadang-kadang bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber. 1 Tidak pernah bertanya dan mengeksplorasi informasi dari berbagai sumber. 4 Selalu bekerjasama dengan teman kelompok. 3 Sering bekerjasama dengan teman kelompok. 2 Kadang-kadang bekerjasama dengan teman kelompok. 1 Tidak pernah bekerjasama dengan teman kelompok. 4 Selalu bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. 3 Sering bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. 2 Kadang-kadang bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. 1 Tidak pernah bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. 4 Selalu kritis dalam mengasosiasi/menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/ permasalahan.

Kritis

3

2

Kagum akan kebesaran Tuhan

1

4 3 2

1

Sering kritis dalam mengasosiasi/menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/permasalahan. Kadang-kadang kritis dalam mengasosiasi/ menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/ permasalahan. Tidak pernah kritis dalam mengasosiasi/ menganalisis data dan menanggapi pertanyaan/ permasalahan. Selalu kagum akan kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta, khususnya fenomena alam yang berkaitan Sering kagum akan kebesaran Tuhan yang dengan gerak parabola. menciptakan alam semesta, khususnya fenomena alam yang berkaitan Kadang-kadang kagum akan kebesaran Tuhan dengan gerak parabola. yang menciptakan alam semesta, khususnya fenomena alam yang berkaitan dengan gerak parabola. Tidak pernah kagum akan kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta, khususnya fenomena alam yang berkaitan dengan gerak parabola.

Keterangan: 1. Skor maksimal = 4 x 5 = 20 2. Nilai = 3. Nilai keterampilan dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: SB = Sangat Baik B = Baik

= 80 – 100 = 70 – 79

C = Cukup = 60 - 6 K = Kurang = < 60

Lampiran 5. Penilaian Sikap PENILAIAN SIKAP (OBSERVASI)

SKOR UNTUK SIKAP

JML SKOR

NILAI

NAMA NO SISWA

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha

RIT Bkrjsm Tjwb Kritis Kagum

Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

PRED

Lampiran 6. Rubrik Penilaian Keterampilan RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN PRESENTASI

Konten

Visualisasi

Aspek Skor Indikator 4 Presentasi/bertanya/menanggapi dengan bahasa yang jelas dan lancar serta menggunakan gestur. 3 Presentasi/bertanya/menanggapi dengan bahasa yang jelas dan lancar tanpa menggunakan gestur. 2 Presentasi/bertanya/menanggapi dengan bahasa yang tidak jelas dan lancar serta menggunakan gestur. 1 Presentasi/bertanya/menanggapi dengan bahasa yang tidak jelas dan lancar serta tidak menggunakan gestur. 4 Tepat, jelas, dan lengkap 3 Tepat, jelas, dan tidak lengkap 2 Tepat, tidak jelas, dan tidak lengkap 1 Salah, tidak jelas, dan tidak lengkap Keterangan: 1. Skor maksimal = 2 x 4 = 8 2. Nilai = 3. Nilai keterampilan dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut: SB = Sangat Baik B = Baik

= 80 – 10 = 70 – 79

C = Cukup = 60 - 69 K = Kurang = < 60

Lampiran 7. Penilaian Keterampilan PENILAIAN KETERAMPILAN (OBSERVASI)

NAMA NO SISWA

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha

Kinerja presentasi/bertanya/ JML menanggapi SKOR Visualisasi Konten

NILAI

Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

PRE

Lampiran 8. Kuis KUIS Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha

1. Tono menarik sebuah meja dengan kemiringan 370 terhadap arah horizontal seperti gambar di bawah. Jika gaya Tono sebesar 100 N berhasil memindahkan meja tersebut sejauh 5 meter, maka usaha yang dilakukan Tono adalah...

2. Besar usaha yang dilakukan oleh mesin lift untuk mengangkat lift dan 2 orang didalamnya dengan massa total 500 kg dari lantai bawah sampai ketinggian 200 meter adalah ...

Lampiran 9. Rubrik Penilaian Kuis

RUBRIK PENILAIAN KUIS No. Soal Solusi Tono menarik Tidak Mencoba Menjawab sebuah meja dengan Diketahui: kemiringan =370 0 37 terhadap F = 100 N arah Perpindahan terjadi pada horizontal sumbu x seperti S=5m gambar di Ditanya: bawah. Jika W = .... Joule gaya Tono 1 sebesar 100 N Penyelesaian: berhasil memindahkan meja tersebut sejauh 5 meter, maka Perpindahan terjadi pada usaha yang sumbu x, maka cari nilai F di dilakukan komponen x (Fx) Tono Fx = Fcos 370 adalah... W = Fx s W = Fcos 370 . 5

Skor 0

10

40

50

W = 100 (4/5) (5) W = 400 Joule usaha Tidak Mencoba Menjawab

2

Besar yang dilakukan oleh mesin lift untuk mengangkat lift dan 2 orang didalamnya dengan massa total 500 kg dari lantai bawah sampai ketinggian 200 meter adalah ... (g=10 m/s2)

Keterangan: Nilai = skor/20

Diketahui: g = 10 m/s2 m = 500 kg s = 200 m Ditanya: W=...... Joule Penyelesaian: F = mg F = 500 x 10 F = 5000 N W = Fs W = 5000 x 200 W = 1.000.000 Joule

0

10

90

Lampiran 10. Penilaian Kognitif (KUIS) NO

NAMA SISWA

KUIS LISAN/NOMOR SOAL

Nilai

Lampiran 11. Pekerjaan Rumah (PR) PEKERJAAN RUMAH (PR) Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pel. Materi Sub Materi

: Fisika : XI MIA/ 1 : 2016-2017 : Usaha dan Energi : Konsep Usaha

1. Perhatikan gambar di bawah ini! Sopir mobil sedan ingin memarkir mobilnya tepat 0,5 m di depan mobil truk yang mula-mula berjarak 10 m dari kedudukan sedan. Berapa usaha yang dilakukan oleh mobil sedan tersebut?

2. Sebuah balok dengan massa 50 kg di atas lantai diangkat sampai ketinggian 8 m. Jika g = 10 m/s2, maka tentukan besarnya usaha yang dilakukan pada balok tersebut!

Lampiran 12. Rubrik Penilaian PR RUBRIK PENILAIAN PR No. Soal Solusi Perhatikan Tidak Mencoba gambar di bawah Menjawab ini! Sopir mobil sedan ingin Diketahui: memarkir mobilnya tepat F = 50 N 0,5 m di depan s = 10-0,5 = 9,5 m mobil truk yang Ditanya: mula-mula W = .... Joule berjarak 10 m dari W = F s kedudukan sedan. W = 50 x 9,5 Berapa usaha 1 yang dilakukan W = 475 Joule

Skor 0

10

oleh mobil sedan tersebut? 50

2

Sebuah balok Tidak Mencoba dengan massa 50 Menjawab

0

kg di atas lantai diangkat sampai ketinggian 8 m. Jika g = 10 m/s2, maka tentukan besarnya usaha yang dilakukan pada balok tersebut!

Keterangan: Nilai = Skor/20

Diketahui : m = 50 kg g = 10 m/s2 s=8m Ditanyakan : W = ...? Penyelesaian: F = mg F = 50 x 10 F = 500 N W = Fs W = 500 x 8 W = 4000 Joule

10

90

Lampiran 13. Penilaian PR PENILAIAN PR PR (NOMOR SOAL) NAMA NO SISWA

Nilai

Lihat lebih banyak...

Komentar

Hak Cipta © 2017 CARIDOKUMEN Inc.